Usianya 19 tahun ketika memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebelumnya, pemuda yang sekarang bernama Bilal Chin ini, bahkan tidak tahu bahwa Islam itu agama. Ketika ia melihat perempuan-perempuan yang mengenakan jilbab atau melihat Muslim berpuasa, Bilal hanya berpikir bahwa mereka pasti orang Asia atau Arab dan jilbab serta puasa hanya bagian dari budaya mereka, bukan perintah agama.
Anak Band
Bilal muda sangat gemar main musik. Ia dan beberapa temannya di London Selatan membentuk group band dan mulai berkarir di musik. Bilal punya seorang teman yang kakaknya cukup terpandang dan dihormati di lingkungannya tinggal. Di London Selatan, kata Bilal, jika seseorang memilik kekayaan dan terpandang di lingkungannya, maka orang bisa disebut "orang sukses" dan Bilal sangat menghormati kakak temannya itu.
Bilal dikenal sebagai "penyanyi rap yang sopan". Ia dan teman-temannya berlatih musik di sebuah ruangan bawah tanah di rumah sahabatnya itu. Ketika berlatih, kakak sahabat Bilal, seringkali turun ke bawah dan meminta mereka untuk menghentikan latihannya untuk beberapa menit. Beberapa lama kemudian Bilal baru tahu, mereka diminta berhenti sejenak karena kakak temannya itu hendak menunaikan salat.
Kakak sahabat Bilal tidak pernah menceramahi Bilal dan teman-temannya soal agama. Tiap kali ada kesempatang ngobrol, kakak sahabatnya itu cuma berbicara tentang tujuan hidup mereka dan kemana mereka akan pergi setelah mati. Saat itu Bilal percaya akan adanya Tuhan dan ketika manusia mati maka manusia itu akan dimintai pertanggungjawabannya selama hidup di dunia.
Bilal sangat terkesan dengan apa yang dikatakan kakak sahabatnya tadi dan mendorongnya ingin menjadi seseorang yang tahu apa tujuan hidupnya. Bilal ingin memastikan bahwa Tuhan menyayanginya dan menyukai apa yang ia lakukan dalam hidup ini.
Bilal makin menghormati kakak sahabatnya dan dari dialah Bilal tahu tentang kitab suci al-Quran. Bilal berpikir, al-Quran pastilah kitab suci yang sangat baik karena telah membuat kakak sahabatnya itu menjadi orang yang sangat baik.
Mengenal Islam
Karena tertarik untuk mengetahui isi al-Quran, Bilal dan kakak sahabatnya tadi pergi ke sebuah toko buku Islam di London Selatan. Si pemilik toko, juga menyarankan Bilal untuk membeli buku The Truth of the Life of this World karya Harun Yahya.
Dari buku itu Bilal belajar bahwa harta yang melimpah, kehormatan dan kesuksesan bahwa jika manusia bisa memiliki dunia dan seisinya, semua itu sama sekali tidak bernilai di mata Allah swt jika manusia tersebut tidak beribadah pada Allah semata. Karena Allah hanya menyuruh umatnya di dunia untuk beribadah padaNya. Bilal mulai merasa hatinya tertambat pada Islam. Apalagi ketika teman Muslimnya mengatakan,"Jika kamu datang berjalan pada Islam, maka Islam akan mendatangimu dengan berlari."
Entah kebetulan atau tidak, Bilal jadi sering menemukan orang Islam. Pada suatu hari, ia pergi ke sebuah toko dengan bersepeda. Sesampainya di toko, ia bertemu seorang Muslim yang berbaik hati mau menjaga sepedanya sementara ia berbelanja di toko. Ketika masuk toko, ia mendengar penjaga toko yang sedang berbicara di telepon mengucapkan "Assalamu’alaikum." Bilal pun merasa Islam mendatanginya dari berbagai arah.
Bilal makin tertarik mempelajari agama Islam dan mulai membaca buku-buku Islam. Dan di usinya yang ke-19 Bilal memutuskan masuk Islam dan mulai bersosialisasi dengan komunitas Muslim. Tentu saja sebagai mualaf, Bilal masih agak kaku dan bingung saat belajar salat. Siring waktu berjalan, Bilal pun terbiasa dan makin banyak teman dari kalangan Muslim.
Banyak teman-teman lama Bilal yang merasa ingin tahu mengapa Bilal masuk Islam. Sungguh tak terduga, Bilal justru mampu membuat beberapa temannya juga tertarik mempelajari Islam dan akhirnya ikut masuk Islam. Mulanya ada tiga teman, kemudian jadi sepuluh dan sampai 50 orang teman-temannya dari kalangan pemuda kulit hidum masuk Islam. Mereka kadang jalan bersama-sama ke masjid. Apalagi diantara pemuda itu ada yang dulunya sering melakukan tindakan kriminal, tapi sekarang mereka berjalan menuju masjid. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Sekarang, di pertengahan usia duapuluhtahunan Bilal memilih tinggal di Mesir. Ia mengatakan, lingkungan Mesir sangat baik untuknya dan membantunya menjauhkan diri dari lingkungan lamanya di London Selatan. Mesir menjadi tempat Bilal untuk memulai kehidupan barunya untuk menjadi seorang Muslim sejati. (ln/iol)