Angela Collins, perempuan Amerika ini dibesarkan di tengah keluarga yang menganut Katolik, agama turun temurun keluarganya. Tapi sejak usia 14 tahun, ia menolak konsep trinitas, konsep utama dalam ajaran Katolik yang menurutnya konsep yang rumit dan sulit dipahami. Oleh sebab itu ia beralih ke aliran Kristen gereja Baptis.
"Sepanjang hidup saya, saya mencari pemahaman, tapi begitu berkaitan dengan agama (Katolik) yang saya anut, saya betul-berul dibuat bingung, mengapa Tuhan berwujud manusia dan membiarkan dirinya mati untuk menebus dosa hanya untuk mereka yang percaya pada penyalibannya," ujar Angela.
"Menurut saya, penjelasan itu berlebihan dan saya mendiskusikannya dengan para pastor dan agamawan yang berusaha memberikan pemahaman tentang keyakinan dalam ajaran Kristen itu," sambungnya.
Tapi penjelasan itu tak membuat Angela puas. Ia mempertanyakan, mengapa ajaran agamanya demikian rumit. Hingga Angela beranjak dewasa, ia membuat pemahaman sendiri yang lebih sederhana bahwa hanya ada satu Tuhan, Sang Pencipta. "Tak ada penjelasan lainnya yang lebih rasional," tukasnya.
Perjalanan Angela melakukan pencarian tentang Tuhannya, mengantarnya pada Islam. Angela akhirnya mengucapkan kalimat syahadat beberapa minggu setelah peristiwa serangan 11 September 2001, masa di mana Islam dan Muslim sedang menjadi sorotan banyak orang dengan pandangan yang negatif, menjadi target kecurigaan bahkan kebencian karena propaganda dan pemberitaan media massa yang bias tentang Islam dan Muslim pascaperistiwa itu.
Sampai saat ini, Angela tetap teguh dengan keislaman yang dipilihnya. Ia bahkan sudah mengenakan busana muslimah lengkap dengan jilbabnya.
Tentang Islam, Angela berujar, "Islam adalah agama yang datang untuk meluruskan kesalahan umat manusia yang mengubah kata Tuhan atas dasar kepentingan mereka sendiri. Islam itu sederhana; Tuhan adalah Tuhan. Tuhan menciptakan manusia dan kita menyembah Tuhan, hanya Tuhan semata. Tuhan mengutus para nabi, seperti Nabi Musa, Yesus (Nabi Isa), dan Nabi Muhammad untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya pada manusia, sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia."
"Dalam Islam, Yesus cuma seorang nabi yang tidak pernah mati. Itulah sebabnya, dia satu-satunya utusan Tuhan yang akan datang kembali ke dunia sebelum hari Kiamat. Islam menyatakan, bahwa seseorang tidak akan dianugerahkan surga hanya karena ia mengaku sebagai seorang muslim. Dan kita tidak bisa langsung masuk surga hanya karena percaya bahwa Tuhan itu satu. Kita masuk surga berdasarkan niat dan perilaku yang diajarkan Islam pada kita," papar Angela.
Ia melanjutkan, "Sebagai seorang muslim, saya tahu bahwa apapun yang saya lakukan, yang pertama kali adalah dimulai dengan niat, Selanjutnya, saya harus mentransformasikan niat itu dengan ikhtiar untuk melaksaknakan apa yang telah diperintahkan oleh Islam. Ini membuat saya mampu untuk menentukan jalan hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik bagi diri saya sendiri, bagi keluarga saya, masyarakar dan seluruh umat manusia di bumi."
Angela menambahkan, Quran adalah satu-satunya kitab suci yang isinya tidak pernah berubah, hanya untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Angela mengakui, setelah membaca semua surat dalam Al-Quran dan membuat catatan yang detil, ia makin yakin Quran adalah sebuah mahakarya yang berasal dari Sang Pencipta. "Saya tak ragu lagi bahwa ‘penulis’ kitab suci ini tahu banyak tentang saya daripada saya sendiri," ujar Angela.
"Allah Swt telah membuka hati saya, Islam memberi saya petunjuk, dan sekarang saya hidup untuk mengikuti tuntunan yang telah diberikan Sang Pencipta, agar saya hidup bahagia di dunia, dan atas seizin Allah, akan hidup bahagia di akhirat kelak," tukasnya.
Angela mengungkapkan, karena di AS masih banyak orang yang salah memahami Islam, bahkan membenci Islam, keputusannya masuk Islam menjadi kontroversi dan membuat keluarga serta teman-temannya menganggapnya aneh. Tapi Angela meyakini bahwa Allah Swt telah menuntunnya pada Islam dengan mendorongnya untuk mengeksplorasi berbagai perspektif melalui perjalanannya ke beberapa negara, terutama ke sejumlah negara Timur Tengah. Di negara-negara itu, Angela melihat beragam kehidupan masyarakat Muslim yang berbeda-beda, yang kadang membuatnya "terkaget-kaget" karena perbedaan budaya.
Meski demikian, pengalaman itu membuatnya lebih memahami Islam dan Muslim. Islam, kata Angela, adalah agama multikultur dan sistem yang bisa diadopsi ke beragama lingkungan apa saja, dalam zaman apapun.
"Saya dengan percaya diri bisa mengatakan, kalau Allah tidak meniupkan Islam ke dalam jiwa saya, saya tidak akan pernah menemukan jati diri seorang Angela," tanda Angela. (kw/oi)