Setelah basa basi surprise, karena seorang kelas manajer sekarang jadi sibuk melayani pembeli dengan menyiapkan sendiri makanan dagangannya, memotong-motong ketupat, menyayuri dan menguahkan bumbu kacang ke piring pembeli, satu per satu, sangat terampil, menerima pembayaran dan seterusnya, all by his self. Saya kagum dengan kecekatannya dan saya lebih kagum akan sikap humble-nya, tak sedikitpun terlihat dari sikap dan gerak geriknya bahwa orang ini dulunya manajer yang membawahi banyak pegawai.
“Saya belajar dari bos saya dulu, semuanya adalah tentang layanan terbaik,” ujarnya sesaat setelah dia duduk di depan saya dimeja kiosnya ini, pembeli sudah agak berkurang.
“Ini soal sepele tapi tidak boleh disepelekan, dari jam 6 pagi rata-rata sebelum jam 12 dagangan saya sudah habis, karena ternyata kupat tahu adalah makanan sarapan, maka sekarang ini tiap hari saya bangun jam dua pagi dan menyiapkan semua. Habis sholat Subuh saya sudah standby di sini, prime time-nya jam 6.30 sampai jam 9 pagi, saya tidak bisa istirahat di jam-jam itu, pembeli antre.”
“Bumbu kacang saya masak sampai mendidih, kadang setelah disimpan di dalam gerobak masih mengepulkan asap. Sambal saya masak juga sampai matang, semua harus bersih, semua harus nyaman dilihat agar pembeli yakin bahwa yang dia beli adalah aman untuk perutnya. Harga juga tidak boleh mahal, sama dengan yang lain, tapi saya harus lebih bersih, lebih cepat buka, all for market satisfation,” dia paparkan semua rahasia dapurnya.
“Satu piring saya cuma ambil untuk Rp 3.000, modal saya 8.000 (rupiah), saya jual Rp 12.000 per porsi. Cukuplah,” dia tersenyum sambil menatap saya, sepertinya mengharap saya bertanya sesuatu.
“Okay,” saya respon.
“Berapa porsi satu hari yang bisa kami jual?” tanya saya.
“Well… 80 sampai 120 porsi. Sabtu-Minggu bisa 150 porsi,” dia jawab sambil tersenyum.
“Wah.. bisa enam jutaan sebulan dong,” saya bilang, dia tertawa.
“Bukan itu saja, kami sekeluarga bisa makan kupat tahu tanpa membeli.”
Saya bergumam dalam hati, itu yang disebut hidden profit, jika kita buka warung Nasi Padang, maka kita bisa makan padang tiap hari tanpa beli, paling tidak kuahnya dan remah-remah lauk pauk.
Saya pamit dan mendoakannnya agar lebih sukses, dia bilang ini lebih mengasyikkan daripada jadi manajer dulu. Ada beberapa anak muda yang datang padanya dan menawarkan diri untuk jadi franchiser-nya. Dengan pengelolaan seperti itu dan memasukan teknis pelayanan sebagai protokol consumer satisfaction, dia bisa saja jadi juragan kupat tahu di kota ini bahkan mungkin di kota-kota lain. Semut selalu berdatangan pada gula, dan laron selalu menyerbu sumber cahaya di malam hari.