Dia menduga bahwa persentase pemain video game yang memiliki masalah kompulsif cenderung sangat kecil – kurang dari 1 persen – dan banyak orang seperti itu kemungkinan akan memiliki masalah mendasar seperti depresi, gangguan bipolar atau autisme.
Griffiths mengatakan bermain video game, bagi sebagian besar orang, lebih sekedar hiburan.
“Orang-orang banyak bermain tetapi itu bukan kecanduan,” kata dia.
Orang tua dan masyarakat harus menyadari masalah yang berpotensi membahayakan.
“Jika (video game) mengganggu fungsi yang diharapkan dari orang tersebut – apakah itu kegiatan studi, sosialisasi, – maka Anda perlu berhati-hati dan mungkin mencari bantuan,” tutur Saxena seperti dilansir Time. (antr)