Eramuslim.com – Kelompok anti-Islam Pegida atau Patriotische Europaeer Gegen die Islamisierung des Abendlandes (Kaum Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat), kembali berulah dengan melakukan aksi pembakaran salinan Al-Quran di empat kedutaan besar.
Pemimpin PEGIDA, sebuah kelompok Islamofobia, melakukan penistaan dengan cara merobek, menginjak-injak kitab suci umat Islam di luar kedutaan-kedutaan asing.
https://twitter.com/i/status/1705919443828711424
Salah seorang tokoh Pegida, Edwin Wagensveld melontarkan hinaan terhadap agama Islam dan orang-orang Muslim saat melancarkan aksinya di depan Kedutaan Besar Turki sambal menginjak halaman-halaman salinan Al-Qur’an.
Namun dalam unggahan video, Edwin menjelaskan penistaan ini sempat terganggu setelah seorang pemuda Muslim merebut Salinan Al-Quran dan membawanya pergi.
“Kemarin @POL_DenHaag tidak menangkap orang ini karena pencurian dan gangguan karena kurangnya pasukan demonstrasi,” tulis Edwin di akun @EWagensveld.
Sebelumnya, dalam sebuah undangan di media X (sebelumnya bernama Twitter), kelompok Pegida, mengirim pemberitahuan akan melancarkan aksi islamophobia ini di empat kedutaan; Pakistan, Indonesia, Turki dan Denmark di Den Haqq, Belanda.
Koran burning goes badly wrong in the Netherlands. A Muslim runs off with the Koran haha good on you bro!
What makes people want to do this? How bitter and hateful must you be to get a hard on from offending people like this?
Sad bastards. pic.twitter.com/vun8CCi1jB
— Zac (@ZHDar) September 23, 2023
Aksi memalukan ini mengundang kecaman negara-negara Muslim. Demikian lansir Al Arabiya, Senin (25/9/2023), Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan kembali penolakan penuh Kerajaan terhadap tindakan kebencian dan berulang-ulang yang “tidak dapat diterima dengan pembenaran apa pun.”
Menurut Arab Saudi, tindakan tersebut jelas-jelas memicu kebencian, pengucilan, dan rasisme, dan secara langsung bertentangan dengan upaya internasional yang berupaya menyebarkan nilai-nilai toleransi, moderasi, serta penolakan terhadap ekstremisme, dan melemahkan rasa saling menghormati yang diperlukan dalam hubungan antara masyarakat dan negara
(Hidayatullah)