Usai Sejumlah Pasukan Israel Mundur dari Gaza, Netanyahu dengan Kabinetnya Menegang

eramuslim.com – Terjadi perpecahan di dalam kabinet Israel usai sejumlah pasukan militer negara itu mundur dari Gaza. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir mengatakan, penarikan itu mengancam keamanan Israel.

Hal ini ia sampaikan pada Selasa (16/1), sekaligus mengklaim, serangan roket yang dilancarkan dari Gaza ke wilayah utara Israel adalah serangan balasan.

Kritik tersebut disampaikan oleh Ben Gvir sebagai respons terhadap keputusan militer Israel dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang memutuskan, divisi ke-36 IDF, terdiri dari armada lapis baja, teknik, dan infanteri, akan ditarik dari Jalur Gaza setelah 80 hari berpartisipasi dalam agresi.

Menurut Menhan Gallant, fase intensif serangan militer Israel di utara dan selatan Gaza akan “segera berakhir.” Meskipun demikian, Gallant menegaskan bahwa agresi Israel akan tetap berlanjut, meskipun dengan tingkat intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan saat ini.

Dilansir dari The Guardian, pasukan israel dilaporkan fokus untuk meredam pos-pos perlawanan di wilayah Gaza utara.  Hal ini bertujuan mencapai hal ini melalui serangan, serangan udara, operasi khusus, dan kegiatan tambahan.

Salah seorang juru bicara IDF, dikutip dari CNN, menyebut, divisi ke-36 sedang melakukan penarikan diri dari Gaza sebagai bagian dari “periode penyegaran dan pelatihan.”

Dengan berbagai pertimbangan, keputusan lebih lanjut nantinya akan diberlakukan sesuai dengan kebutuhan operasional.

Diwartakan sebelumnya, hubungan antara Ben Gvir dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diisukan memanas karena perpecahan dan perbedaan pandangan.

Ketegangan di dalam kabinet Netanyahu semakin mencuat, terlihat dari perpecahan dan konflik antara para menteri yang terjadi dalam penanganan agresi di Gaza.

Sementara itu, posisi Netanyahu sendiri mulai terancam karena adanya demonstrasi yang terus meluas di berbagai lokasi. Belum lama ini, beredar kabar mengenai perselisihan antara Netanyahu dan Menteri Pertahanan Gallant.

Bahkan, ada pertengkaran antara Gallant dan Netanyahu karena Gallant tidak diizinkan membawa sejumlah penasihat dan asistennya, termasuk kepala staf kementerian keamanan, Shachar Katz.

Pemerintah Israel semakin terpecah saat negara itu terus menyerang Palestina. Hingga hari Rabu (17/1/2024), jumlah korban tewas akibat serangan Israel mencapai lebih dari 24 ribu orang, mayoritas warga sipil.

 

(Sumber: Suara)

Beri Komentar