Seorang ulama Mesir, Safwat Hijazi telah menyampaikan keberatannya terhadap perjanjian pariwisata dengan Iran, mengungkapkan kekhawatiran bahwa rezim Ayatullah di Teheran mungkin akan mengirimkan misionaris Syi’ah yang menyamar sebagai turis.
Hijazi mengatakan dalam wawancara hari Senin kemarin, bahwa Iran cenderung “menimbulkan masalah di mana saja mereka ada” seperti pada konflik Suriah. Ia menekankan bahwa sejak Revolusi Islam, rezim Ayatullah di Teheran telah berusaha menyebarkan doktrin Syi’ah, khususnya di antara penganut Sunni.
Hijazi menambahkan bahwa para turis Iran tidak akan pergi ke Mesir untuk mengunjungi negara tersebut dan menikmati liburan di sana, namun mereka akan menyebarkan doktrin Syi’ah mereka.
Menteri Pariwisata Mesir – Hizham Zazou, telah mengatakan dalam wawancara sebelumnya bahwa Kairo akan “dengan sangat ketat” memastikan bahwa para turis Iran hanya berkunjung untuk untuk tujuan pariwisata.
Ia tetap memaksa dan mengatakan bahwa meningkatkan hubungan pariwisata dengan Iran akan menguntungkan Mesir.
Sekitar 10 juta turis Iran bepergian setiap tahun, kebanyakan ke negara-negara Teluk dan Irak, ia menambahkan.
“Seluruh negara memiliki hubungan dengan Iran kecuali Mesir, Israel dan AS. Tidak ada permasalahan terjadi yang disebabkan oleh para Turis Iran di negara manapun,” menurutnya.
Permintaan Iran untuk meningkatkan hubungan pariwisata tidak berdasarkan motif agama, namun ketertarikan akan perbedaan peradaban, termasuk sejarah serta monumen-monumen Mesir, Zazou menambahkan.
Program pariwisata ini tidak termasuk kunjungan ke situs-situs keagamaan. Namun akan banyak berfokus pada pesiar di Sungai Nil, kata menteri yang pada minggu lalu bertemu dengan presiden Iran.
Untuk permulaan, beberapa kelompok kecil para turis akan diizinkan untuk masuk ke Mesir, dan jika terjadi masalah, “perjanjian pariwisata dengan Iran akan segera dibatalkan,” kata Zazou yang telah menandatangani MoU dalam kunjungannya ke Iran.
(Ds/al-arabiya)