eramuslim.com – Rencana Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir untuk sinagoga (tempat ibadah umat Yahudi) di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem memicu kemarahan dunia Islam.
Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Rabu (28/8), menyebut tindakan menteri Israel sangat berbahaya, menyinggung perasaan umat Islam dan menyebabkan ketegangan di seluruh dunia.
“Ini merupakan contoh baru dan sangat berbahaya dari upaya Israel untuk mengubah status dan identitas Yerusalem dan tempat-tempat suci di Yerusalem,” tegas pernyataan tersebut, seperti dimuat Anadolu Ajansi.
Ben-Gvir mengklaim bahwa orang Yahudi memiliki hak untuk berdoa di Masjid Al-Aqsa, dan mengatakan bahwa ia akan membangun sinagoge di lokasi yang menjadi titik api tersebut.
“Kebijakan tersebut mengizinkan salat di Temple Mount (Masjid Al-Aqsa). Ada hukum yang sama untuk orang Yahudi dan Muslim. Saya akan membangun sinagoga di sana,” ujarnya kepada Radio Angkatan Darat Israel, seperti dimuat Middle East Monitor pada Selasa (27/8).
Ini merupakan yang pertama kalinya, Menteri Israel yang terkenal ekstremis itu berbicara terbuka mengenai pembangunan sinagoga di lokasi yang menjadi titik konflik Palestina.
Komentar Ben-Gvir muncul setelah dirinya bulan ini memimpin sejumlah pemukim ilegal Israel menyerbu kompleks Masjid Al Aqsa dan melakukan sejumlah tindak provokatif di sana.
Aksi itu bahkan terjadi dengan perlindungan otoritas keamanan Israel yang beroperasi di bawah Kementerian Ben-Gvir.
Status quo, yang berlaku sejak sebelum pendudukan Israel tahun 1967, menunjuk Wakaf Islam di Yerusalem, di bawah menteri Wakaf dan urusan Islam Yordania, sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mengelola Masjid Al-Aqsa, yang merupakan tempat ibadah khusus umat Islam.
Namun, sejak tahun 2003, polisi Israel secara sepihak mengizinkan pemukim ilegal memasuki Masjid Al-Aqsa pada hari kerja, kecuali hari Jumat dan Sabtu, tanpa persetujuan dari Wakaf Islam.
Serangan Ben-Gvir yang sering ke Masjid Al-Aqsa dan rencana pembangunan sinagoga di lokasi tersebut telah memicu gelombang kecaman dari dunia Arab dan Islam serta masyarakat internasional.
Menanggapi rencana kontroversial tersebut, Menteri Dalam Negeri Israel Moshe Arbel dari Partai Shas meminta Netanyahu mengendalikan Ben-Gvir.
“Kata-katanya yang tidak bertanggung jawab (Ben-Gvir) membahayakan aliansi strategis Israel dengan negara-negara Islam yang merupakan bagian dari koalisi melawan poros kejahatan Iran,” kata dia.
“Kurangnya kecerdasannya dapat menyebabkan pertumpahan darah,” ia memperingatkan.
Masjid Al-Aqsa dianggap sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu sebagai Temple Mount, yang diyakini sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel tahun 1967. Pada tahun 1980, Israel mencaplok seluruh kota, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
(Sumber: RMOL)