Eramuslim – Pemerintah Turki meminta warga negaranya untuk segera meninggalkan Yaman setelah memburuknya situasi keamanan di negara tersebut, akibat kudeta bersenjata kelompok Syiah Houthi sejak akhir Januari lalu.
Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki pada Rabu (04/02) malam kemarin, pemerintah Ankara meminta warganya untuk segera meninggalkan Yaman akibat belum tercapainya kesepakatan akhir antara kelompok yang bersaing memperebutkan kekuasaan yang kosong.
Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan mengatakan bahwa protes publik dan demonstrasi yang terjadi di Yaman kemungkinan akan berdampak pada keselamatan warga Yaman maupun warga negara asing disana.
Krisis politik dan keamanan Yaman dimulai ketika milisi Syiah berhasil menguasai ibukota pada akhir Agustus 2014 lalu.
Kelompok Syiah Houthi yang tidak puas dengan kesepakatan damai dengan pemerintah kemudian mengepung istana kepresidenan Yaman pada 21 Januari lalu, yang berakhir dengan pengunduran Abd Rabbuh Mansur Hadi dari kursi presiden pada Kamis 22 Januari lalu.
Suku-suku Yaman yang beraliran Sunni menyatakan dengan tegas menolak pemerintahan yang dipimpin oleh minoritas Syiah Yaman, meskipun sebagian pihak di Yaman sepakat untuk membentuk sebuah dewan presiden interim yang akan menjalankan pemerintahan selama satu tahun lamanya.
Perlu diketahui bahwa ini merupakan peringatan ketiga yang dikeluarkan pemerintah Ankara sejak akhir Agustus 2014 lalu, setelah milisi Syiah Houthi berhasil merebut ibukota Sana’a.
Selain warga Turki, ada banyak warga negara Indonesia yang juga tinggal di Yaman untuk menempuh pendidikan agama Islam formal dan tidak formal di beberapa pusat kajian agama di wilayah selatan dan utara Yaman. (Alarabiya/Ram)
Artikel ini bekerjasama dengan eramuslim digest :
Resensi Buku : Jejak Berdarah Yahudi Sepanjang Sejarah , Eramuslim Digest