Yahya Cholil Staquf: Bukan hanya “mungkin”, tapi ini sesuatu yang “harus” dilakukan. Karena setiap ayat dari Alquran diturunkan dalam konteks realitas tertentu, dalam masa tertentu. Nabi Muhammad Saw. dalam mengatakan sesuatu juga selalu disesuaikan dengan situasi yang ada pada saat itu. Sehingga Alquran dan hadits adalah pada dasarnya dokumen sejarah yang berisi panduan moral dalam menghadapi situasi tertentu. Ketika situasi dan realitasnya berubah, maka manifestasi dari moralitas tersebut sudah seharusnya berubah pula.
Rabbi David Rosen : Lalu, Anda dan Gus Dur selalu menekankan pentingnya memerangi ekstremisme dan mempromosikan pendekatan yang lebih humanis. Apakah menurut Anda Indonesia memiliki sesuatu yang bisa diberikan pada dunia dalam kaitannya dengan hal ini?
Yahya Cholil Staquf: Ini bukan tentang menawarkan sesuatu dari Indonesia. Karena Indonesia sendiri bukannya sudah terbebas dari masalah. Kami memiliki masalah kami sendiri. Kami memang memiliki semacam kearifan lokal yang membantu masyarakat untuk hidup secara harmonis dalam lingkungan yang heterogan. Tapi kami masih punya banyak masalah terkait agama, termasuk Islam. Apa yang kita hadapi saat ini, apa yang seluruh dunia hadapi saat ini adalah sebuah situasi dimana konflik terjadi di seluruh dunia. Dan di dalam konflik-konflik ini, agama hampir selalu digunakan sebagai senjata untuk menjustifikasi konflik. Sekarang saatnya kita bertanya, apakah kita ingin hal ini berlanjut? Atau kita ingin memiliki masa depan yang berbeda?