Tolak Pemerintah Syiah, Warga Sunni Pindahkan Ibukota Ke Aden Di Selatan Yaman

salafi yamanEramuslim – Pemuka dan tokoh politik Yaman mengumumkan pemindahan ibukota negara dari Sana’a ke kota Aden di Yaman selatan, dalam sebuah pertemuan yang diadakan para pemuka dan tokoh Yaman selatan pada hari Minggu (15/02) kemarin.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pemuka politik dan suku dari wilayah utara dan selatan Yaman ini menyatakan pemidahan ibukota Yaman dari kota sana’a ke kota Aden di wilayah selatan, dan menyerukan masyarakat internasional untuk mendukung dan mengakui langkah tersebut.

Pernyataan bersama ini merupakan bentuk penolakan suku-suku Yaman atas deklarasi konstitusional oleh kelompok Syiah Houthi, dan pembentukan dewan presiden interim serta dewan transisi nasional pada Jum’at 6 Februari lalu.

Selain itu para tokoh politik dan pemimpin suku Yaman dalam pertemuan tersebut menegaskan bahwa legitimasi tongkat kepemimpinan masih berada ditangan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi.

Pernyataan ini langsung disambut baik oleh Dewan Kerjasam Teluk (GCC) dalam komentarnya, dan menyatakan akan mendukung keputusan tersebut di dunia internaisonal.

Yaman menghadapi kekosongan politik setelah kelompok bersenjata Syiah yang didukung Iran menguasai ibukota Sana’a pada bulan September tahun 2014 lalu.

Setelah berhasil menguasai ibukota, kelompok Syiah Houthi kemudian memaksa Presiden terpilih Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi untuk mengundurkan diri pada 22 Januari lalu, paska berhasil menguasai istana kepresidenan satu hari sebelumnya.

Dewan Keamanan PBB sendiri dalam rapat daruratnya pada hari Minggu (15/02) kemarin mengeluarkan resolusi yang meminta kelompok Syiah Houthi untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan sebelumnya, dan segera meninggalkan ibukota Yaman.

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Jamal bin Omar, memperingatkan bahwa negara ini di ambang perang saudara, setelah kelompok Syiah Houthi menolak untuk menyerahkan kekuasaan.

Tercatat pemerintah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Turki, Arab Saudi dan UAE telah menutup kedutaan mereka di ibukota Sanaa pada pekan ini, setelah kontrol penuh kelompok Syiah Houthi atas ibukota Sana’a. (Alarabiya/Ram)