Tokoh Syiah Gencarkan Gerakan Lepas Jilbab di Mesir

bahaaEramuslim – Jilbab selalu menjadi isu perdebatan hangat di Mesir, sebagian besar ulama mengatakan pengenaan Jilbab buat muslimah adalah kewajiban muslimah  dalam Islam, sedangkan para budayawan dan intelektual jebolan barat  menyebutnya jilbab adalah hanya tradisi Arab dan bukan  aturan agama.

Bahkan Kontroversi ini sangat dilancarkan oleh sebuah  kampanye yang disebut “Hari Internasional untuk Lepaskan Jilbab,” yang awal kampanyenya dimulai  sejak  September 2013 lalu oleh Bahaa Anwar, ketua Partai Sekuler Mesir dan tokoh Syiah Mesir terkemuka.

Kampanye tersebut tidak pernah berhenti dan terus bergulir menjadi perdebatan hingga tahun  2015 ini.

“Jilbab itu tidak wajib dalam Islam dan hal itu  dimanfaatkan  oleh ulama agar bisa  mengontrol perempuan. Sepotong kain tidak mungkin menentukan bagaimana tingkatan agama seorang wanita, “kata Bahaa Anwar seorang Syiah , ia menambahkan bahwa pihaknya berencana untuk memberikan konseling bagi perempuan yang dipaksa untuk mengenakan jilbab atau ingin melepasnya.

Beberapa pengamat seperti Abdel Latif,  mengaitkan  fenomena gerakan melepas jilbab menandakan munculnya paham ateisme di Mesir.

Psikolog Amr Abu Khalil menyalahkan perilaku masyarakat pasca-revolusi. “Ketika para ulama  mulai terlibat dalam politik, wanita tidak lagi mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjaga jilbabnya,” katanya. “Hal yang sama terjadi dengan laki-laki yang menjadi enggan untuk menikahi wanita berjilbab, dan ini mendorong perempuan  untuk melepas jilbabnya.”

“Pada tahun enampuluhan, ketika ide-ide liberal dipromosikan, perempuan mengenakan rok mini dan laki-laki memiliki rambut panjang, dan terjadi perubahan dalam tahun tujuh puluhan dan delapan puluhan  ketika jilbab tidak bisa ditahan dan mulai menyebar,” katanya. Dan pada zaman ini , jilbab “mulai digabungkan dengan pakaian ketat, maka Muslimah mulai mengenakan pakaian ketat dan lebih mengungkapkan bentuk lekuk tubuh walaupun masih menjaga jilbabnya , dan pada akhirnya (model tersebut) ditujukan agar  mereka akhirnya melepaskan jilbabnya.” (Arby/Dz)