Sejumlah tokoh dan cendikiawan intelektual Mesir dalam konfrensi pers sabtu malam waktu Kairo, mengutuk tindakan pembantaian di dekat Medan Rab’ah Al-Adaweyah dan menyatakan menolak kudeta militer 3 juli lalu.
Mereka meminta Menteri Pertahanan Mesir, Jendral Sisi, dan Menteri Dalam Negeri, Jendral Ibrahim bertanggung jawab atas pembantaian berdarah pada sabtu kemarin, dan menuntut kembalinya Presiden yang sah Muhammad Mursi serta mengembalikan Konstitusi Negara ke Draft Konstitusi 2012 hasil referendum.
Muhammad Salim Awa dan beberapa tokoh cedikiawan mengusulkan pemberian mandat kepada Perdana Menteri sah hasil Pemilu (Dr Hisyam Qandil) wewenang penuh untuk mengurus Negara dan mengadakan pemilu legislatif dalam 60 hari. Kemudian meminta anggota Majelis Syuro baru untuk segera menyelenggarakan pemilihan Presiden lebih awal, “ini sesuai dengan pasal 141 dan 142 konstitusi 2012,” ujar Salim Awa.
Salim Awa mengatakan bahwa pemilihan umum dan referendum adalah satu-satunya cara mengekspresikan kehendak rakyat, dan awa mengutuk pidato menteri pertahanan Abdel Fattah al-Sisi, yang meminta kepada sebagian rakyat mandat untuk melawan apa yang ia sebut teroris, adalah upaya provokasi yang dapat menyebabkan perang saudara.
Di antara tokoh yang ikut menandatangani inisiatif usulan tersebut adalah: Muhamad Salim Al-Awa, Tariq Bisyri, Sheikh Hassan El Shafei penasihat Sheikh Al-Azhar, kolumnis Fahmi Huweidi, profesor ilmu politik Nadia Mustafa, dan Heba Raouf, Saif Abdel Fattah, Ketua Jami’ah Syar’iyah Muhamad Mukhtar al-Mahdi, Wakil Ketua Partai Wasat Muhamad Mahsub, dan Kapten Majid Khulusi, Kapten Muhamad Abdel Gawad dan lain-lain. (Aljazeera/Zhd)