eramuslim.com – Jet-jet tempur Israel melancarkan serangan besar-besaran di Suriah, menewaskan setidaknya 25 orang. Serangan ini dianggap sebagai salah satu yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir.
Target utama tampaknya adalah pusat penelitian militer di Masyaf yang terkait dengan program rudal kimia dan balistik Suriah, namun ledakan juga terdengar di Damaskus, Homs, dan Tartus. Media pemerintah Suriah melaporkan jumlah korban tewas mencapai 16 orang dengan 40 luka-luka.
Serangan pada tersebut menghantam lokasi yang berhubungan dengan milisi pro-Iran serta “fasilitas penelitian ilmiah” di dekat Hama, yang dikabarkan dijalankan oleh Pengawal Revolusi Iran. Fasilitas ini sebelumnya diminta diakses oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) setelah penghancuran reaktor nuklir al-Kibar Suriah pada 2007 dalam serangan udara, yang kemudian dikonfirmasi oleh Israel pada 2018 sebagai tanggung jawab mereka.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam serangan tersebut sebagai tindakan agresi terang-terangan, namun militer Israel belum memberikan komentar resmi. Israel diketahui telah melakukan ratusan serangan di wilayah Suriah yang dikuasai pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, tetapi jarang mengakui atau membahas operasi tersebut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris menyebut serangan tersebut sebagai “salah satu serangan Israel yang paling kejam” di Suriah dalam beberapa tahun dan menyatakan serangan ini dilakukan dengan 14 rudal.
Di antara korban tewas adalah “lima warga sipil, empat tentara, dan personel intelijen, serta 13 warga Suriah yang bekerja dengan kelompok pro-Iran.”
Serangan Israel ini, menurut observatorium, “menargetkan area penelitian ilmiah di Masyaf, menghancurkan bangunan dan pusat militer” serta lokasi “tempat kelompok pro-Iran dan ahli pengembangan senjata berada.”
Kepala observatorium, Rami Abdel Rahman, menyatakan bahwa para ahli Iran “mengembangkan senjata, termasuk rudal presisi dan drone” di Masyaf.
Israel berkomitmen untuk menghentikan penguatan Iran di Suriah, yang menjadi rute utama bagi Iran untuk mengirimkan senjata ke kelompok militan Lebanon, Hizbullah, yang telah berkonflik dengan Israel di perbatasan utara selama 11 bulan terakhir dengan latar belakang perang Gaza.
Serangan Israel terhadap target milisi pro-Iran di Suriah meningkat setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap warga sipil dan tentara Israel, yang memicu konflik di Gaza. Serangan ini sempat mereda setelah serangan pada 1 April yang dituduhkan kepada Israel menghantam gedung konsulat Iran di Damaskus, menewaskan tujuh penasihat militer, termasuk tiga komandan senior, menurut Iran.
Militer Suriah mengkonfirmasi serangan tersebut melalui kantor berita Sana. “Sekitar pukul 23:20 Minggu malam, musuh Israel melancarkan agresi udara dari arah barat laut Lebanon, menargetkan sejumlah lokasi militer di wilayah tengah [Suriah],” kata sumber tersebut, dilansir The Guardian, Selasa (10/9/2024).
Sumber itu juga menambahkan bahwa sistem pertahanan udara Suriah berhasil menembak jatuh beberapa rudal, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
“Sistem pertahanan udara kami berhasil menghadang rudal agresi dan menembak jatuh beberapa di antaranya,” sumber itu menambahkan, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.
Media pemerintah Suriah juga melaporkan bahwa serangan itu menyebabkan dua kebakaran, yang sedang dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran.
Mengutuk serangan itu, Nasser Kanani, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan dalam jumpa pers: “Kami mengutuk keras serangan kriminal ini oleh rezim Zionis di tanah Suriah.”
Suriah telah berupaya untuk tidak ikut campur dalam konflik Israel-Hamas yang telah menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas di Timur Tengah.
Masyaf juga menjadi sasaran Israel pada tahun 2017 di tengah klaim berulang bahwa tempat itu digunakan untuk menyimpan rudal permukaan-ke-permukaan jarak pendek dan amunisi kimia.
(Sumber: Cnbcindonesia)