Badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO), bersiap menggelontorkan sejumlah dana untuk perbaikan gereja-gereja bersejarah dan sebuah museum Mesir yang rusak akibat konflik politik yang terjadi pada awal bulan Juli lalu.
Sedikitnya puluhan gereja bersejarah dan Museum Malawi di provinsi Minya selatan dilaporkan rusak akibat aksi sejumlah preman bersenjata pada awal bulan Juli lalu.
Lembaga International Council of Museum ( ICOM ) dan UNESCO mengutuk tindakan sabotase perusakan gereja serta pencurian sebagian besar isi Museum Malawi yang berjumlah sekitar 1.090 artefak, dimana setengahnya telah dikembalikan oleh warga yang mengamankannya.
Kementerian Negara Urusan Benda Bersejarah Mesir, Muhammed Ibrahim dalam pertemuannya dengan utusan UNESCO, Pierre Ablod pada hari kamis (12/09), menjelaskan bahwa Mesir membutuhkan biaya dengan jumlah yang sangat besar untuk memperbaiki gereja-gereja bersejarah yang rusak, serta Museum Malawi.
Dalam konferensi pers, Pierre mengungkapkan bahwa UNESCO bersedia menanggung semua biaya renovasi untuk mengembalikan bangunan bersejarah ke bentuk asalnya dan akan ikut membantu melacak artefak yang hilang dari Museum Malawi.
Provinsi Minya merupakan ibukota Mesir pada era Raja Akhenaten, yang dijuluki Firaun Tauhid yang memerintah negara Mesir kuno antara 1379 dan 1362 SM. (skynewsarabia/zhd)