Kebetulan, saat itu bulan suci Ramadhan. Yamien pun pada siang hari tidak pernah tampak makan atau minum. Ku Wie Han kecil dan adiknya akhirnya mengetahui, orang Islam berpuasa sejak pagi hingga petang. Selain itu, kaum Muslim seperti paman mereka juga mengisi waktu malam dengan sholat Tarawih yang kemudian disusul sahur tiap menjelang fajar
Uniknya, kenang Ku Wie Han, Dia waktu itu sampai-sampai mengikuti pamannya untuk sholat lima waktu dan bahkan berpuasa. Adiknya pun melakukan hal yang sama.
Lama kelamaan, ayahnya mengetahui tingkah kedua bocah tersebut. Kakak beradik itu sudah mulai mempelajari agama Paman Yamien. Akan tetapi, menurut Ku Wie Han, ayahnya tidak langsung mengetahui informasi tersebut, tapi diberi tahu sopir keluarga.
Sebagai anak-anak, Ku Wie Han saat itu belum menyadari ayahnya kurang suka dengan tindakannya, meniru-niru sang paman beribadah Islam. Dia waktu itu hanya mengetahui, pamannya tidak lagi singgah di rumah.
Barulah pada waktu remaja, Ku Wie Han menilai, ada kekhawatiran dari ayahnya tentang pengaruh Paman Yamien kepada keluarganya. Singkat cerita, Ku Wie Han dan adiknya pun kembali pada kebiasaan lama.Mereka melanjutkan rutinitas ibadah, baik ke gereja maupun kelenteng.
Suatu ketika, kondisi fisik Ku Hieka turun drastis, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Menurut hasil diagnosis dokter, ayahanda Ku Wie Han tersebut mengidap penyakit diabetes akut. Maka dari itu, Ku Hieka mesti dirawat selama satu bulan.
Hari berganti hari. Ku Hieka ternyata tak kunjung pulih. Suatu malam, keadaannya tak tertolong lagi. Ku Wie Han mengenang, malam itu dirinya menyaksikan sang ayah menghadapi sakaratul maut.
“Hati saya hancur dan sedih karena penderitaan yang dialami ayah saya. Muncul perasaan penyesalan dalam hati karena jauh dari Tuhan. Dan saya sendiri merasa ketakutan jika harus dipanggil Tuhan saat itu juga,” kisah dia.
Ku Hieka meninggal dunia saat Ku Wie Han berusia 16 tahun. Dalam umur kisaran remaja itu, dia mengalami syok terhadap kematian. Ku Wie Han mulai banyak merenung, betapa manusia membutuhkan Tuhan karena hanya Dia yang memegang tiap nyawa.
Ustaz Ku Wie Han aktif dalam kegiatan dakwah Islam. – (Dok Istimewa)
Kesadarannya kian menebal untuk menjadi religius. Dia pun gemar mempelajari berbagai ajaran agama. Awalnya, Ku Wie Han muda mendalami ajaran-ajaran yang selama ini dekat dengannya: Buddha, Taoisme, dan Kristen.