Teladan dari Rasulullah: Banyak Bekerja Sedikit Bicara

Bagi Baginda Nabi dari pada banyak bicara, banyak omong, lebih baik diam. Karena diam itu jalan menuju selamat. Bahkan menurut Baginda Nabi, diam itu sebagian dari tanda-tanda Iman. Diam yang dimaksud di sini, diam yang pada tempatnya.

Hadist riwayat Imam Hakim dan Baihaqi dari Sahabat Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Pergunakan dengan baik lima perkara sebelum datang lima perkara, hidupmu sebelum datang matimu, masa sehat-mu sebelum datang masa sakitmu, masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum datang masa pikunmu, masa kayamu sebelum datang masa fakir atau miskinmu”.

Hadis riwayat Imam Ahmad, Nasa-i dan Ibnu Majah dari Abu Huroiroh RA dan Abu Syuraih al Khaza’i RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik-baik, atau diam!”. Menurut Baginda Nabi, diam itu sebaik-baiknya akhlak. Andai bicara itu seperti perak, maka diam itu seperti emas, begitu menurut sebagian kata-kata orang bijak.

Rasulullah SAW itu lebih banyak bekerja dari pada berbicara, karena orang yang banyak bicara itu (biasanya) sedikit dalam bekerjanya. Rasulullah lebih banyak bermusyawarah dengan para sahabat setianya serta menerima pendapat mereka mulai dari urusan-urusan dunia sampai urusan-urusan strategi politik dan perang.

Seperti ketika Salman al Farisi berpendapat bagaimana membuat parit-parit sebagai jebakan dalam perang Khandaq. Baginda menerima usul sahabat asal Persia itu yang akhirnya dalam perang Khandaq pihak umat Islam menang telak. (Okz)

Oleh Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura, KH. Fawaid Abdullah.