Stamina yang prima, pikiran yang tenang dan senantiasa memasrahkan segalanya kepada Allah merupakan modal utama bagi jamaah haji yang melaksanakan ibadah ditanah suci, namun terkadang banyak faktor dari luar individu yang justru menyebabkan jamaah haji merasa muncul tekanan dalam batin. Misalnya meninggalkan anggota keluarga di tanah air yang dalam keadaan sakit. Hal ini dialami seorang jemaah haji Indonesia asal Kerinci, Jambi, Ny Ruhana (69 tahun), yang tersesat selama dua hari sehingga mengakibatkan kelelahan dan mengalami depresi.
"Saya tidak mau pulang, dua anak saya sakit, apa kamu tanggungjawab kalau anak saya sakit," katanya ketika diantar petugas ke Daerah Kerja (Daker) Madinah, Sabtu.
Tanpa sadarkan diri dialek Jambi yang kental nenek dari kelompok terbang (kloter) I Padang itu berteriak-teriak ketika dipaksa oleh akhirnya petugas sektor I ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daker Madinah. Akan tetapi, petugas mencoba untuk menenangkannya.
"Bu tenang saja ya, baca istighfar terus," kata petugas sektor I yang membujuknya untuk mau diberi pengobatan oleh petugas kesehatan BPHI Daker Madinah, dr Syaiful Bahri SpPD.
Hingga kini, BPIH Daker Madinah telah merawat beberapa jemaah, di antaranya Durratun Nikmah (38) dari kloter I Surabaya (asma), dan Awit binti Djarun (73) dari kloter I Jakarta (radang tenggorokan dan darah tinggi).Selain itu, Nasikun bin Sirin (74) dari kloter I Jakarta (penyakit paru menahun), Ernawati binti Jufri (51) dari kloter I Jakarta (rawat inap akibat gagal jantung ringan dan diabetes), dan Asadullah bin Sueb dari kloter II Jakarta (epilepsi dan sempat tak sadar).
Sementara itu, data jemaah tersesat di Daker Madinah terus bertambah dari delapan orang pada hari pertama setelah kedatangan jemaah haji Indonesia di Madinah (6/11), sedangkan hari kedua (7/11) menjadi 10 orang dan terus bertambah. Bahkan, beberapa petugas Daker Madinah juga sering menemukan jamaah haji Indonesia yang tersesat sepulang dari shalat dari Masjid Nabawi, karena terpisah dari rombongannya sehingga tidak tahu arah kembali ke pemondokan.
"Kami minta jamaah haji untuk keluar pemondokan secara rombongan (beregu) dan pakailah baju seragam setiap keluar pemondokan serta jangan lupa membawa gelang dan kartu identitas," kata Kepala Daker Madinah Drs H Ahmad Kartono.
Namun, lanjutnya, bila tersesat, maka jamaah haji yang bersangkutan harus menemui petugas haji atau polisi dengan menunjukkan kartu identitas yang dibawa.
"Waspadalah terhadap orang yang tidak dikenal dan berpura-pura membantu agar terhindar dari penipuan dari orang-orang yang tak bertanggungjawab," katanya.
Pemberitahuan resmi itu sudah disampaikan ke beberapa sektor di Daerah Kerja Madinah. Namun, semua harusnya mendukung dan mematuhi pemberitahuan itu, jika memang akhirnya terjadi itu semua diluar kekuasaan manusia. Yang terpenting adalah menyerahkan semuanya pada Allah SWT.(novel)