Jamaah haji Indonesia diminta tidak terlalu memburu fadoil (ibadah fadilah) selama berada di Mekkah ataupun di Madinah. Menurut Konsul Jenderal RI Jeddah dan juga selaku koordinator harian PPIH Arab Saudi Gatot Abdullah Mansyur, jamaah haji lebih baik menyimpan tenaga dan menenangkan diri menyambut ibadah haji yang paling utama yaitu ke Arafah, Mina, dan Muzdalifah."Kita harus menjelaskan kepada jamaah agar mereka bisa ibadah dengan tenang," katanya di Mekkah kemarin.
Menurut dia, petugas haji yang ada di sektor harus menganjurkan agar jamaah tidak memforsir tenaga hanya untuk fadoil tetapi pada puncak pelaksanaan haji, mereka sudah tidak kuat lagi.
"Kadang-kadang KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji) itu menganjurkan fadoil ini. Umrah berkali-kali, tetapi pada saat Arafah sudah tidak kuat lagi. Apalagi, mereka harus jalan kaki delapan kilometer. Apalagi di Mina Jadid. Ingatkan semua jamaah agar hemat dan mengirit tenaga," katanya.
Sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab dan Kesultanan Oman Salium Segaf Al-Jufri telah mengingatkan agar pada situasi puncak haji (crowded) tidak memaksakan diri untuk sholat di Masjidil Haram, karena dikhawatirkan tidak akan sampai dengan cepat karena macet.
"Pada saat itu biasanya keadaan semrawut, dan bus sulit masuk, sehingga tidak bisa sampai ke masjid dengan tepat waktu. Lebih baik tenaga dan fisiknya diirit untuk Armina," ujarnya.
Tak Boleh Lebih 32 Kilogram
Mengenai barang bawaan jamaah haji, Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi mengimbau calon jemaah haji Indonesia tidak membawa bagasi berlebihan di atas ketentuan penerbangan, yang mengizinkan bawaan jemaah haji seberat 32 kg. Disarankan jika ingin membawa oleh-oleh dari Arab Saudi sebaiknya dikirim melalui perusahaan kargo swasta yang tersedia melayani door to door.
Hal itu terungkap dari wawancara dengan Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2008/1429H Nursamad Kamba dan Senior GM Garuda Indonesia Airways (GIA) untuk Timur Tengah & Eropa, Nasrizal. "Imbauan ini juga untuk kepentingan jemaah agar tidak ada yang dirugikan."
Nasrizal mengungkapkan, ketentuan pembatasan bawaan yang masuk kargo agar tidak terjadi overload (kelebihan muatan) sehingga membahayakan penerbangan. "Kami berharap para jemaah menaatinya, semata-mata demi keselamatan penerbangan," katanya ditemui wartawan disela-sela menyambut kedatangan CJHI di Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah, kemarin.
Sementara itu, Nursamad menyatakan pemerintah Arab Saudi mengeluarkan aturan pembatasan kargo 32 kg bagi pesawat penumpang, dan jika dipaksakan akan ditolak kru penerbangan sehingga menumpuk di Bandara dan selanjutnya masuk gudang.
"Pemerintah Cq Departemen Agama RI sudah tidak bertanggungjawab terhadap kelebihan barang bawaan yang ditolak penerbangan. Itu sudah resiko jemaah sendiri," ujarnya saat mendampingi Dirjen Penyelenggaraan Haji & Umroh (PHU) Depag RI di kantornya Teknis Urusan Haji (TUH) Jeddah.
Berdasarkan Keterangan yang diperoleh, dari Jeddah, Arab Saudi menyebutkan kepulangan jamaah haji ke Indonesia selalu dibarengi dengan banyaknya barang bawaan sebagai oleh-oleh dari Arab Saudi. Setiap tahun, pemerintah Arab Saudi menampung dan memasukkan gudang seluruh kelebihan barang bawaan jemaah haji yang tidak diurus, ataupun dibuang. (novel)