Sampai di Tanah Suci, Jamaah Haji Harus Rubah Pola Makan

Kebiasaan menyantap makanan tiga kali sehari terpaksa harus sedikit dirubah atau mengupayakannya sendiri sarapan pagi yang diinginkannya, pasalnya jamaah haji Indonesia yang berada di Madinah hanya mendapatkan dua kali sehari sepakatan dengan pengelola katering.

Akan tetapi, perubahan kebiasaan ini tidak serta merta dapat diterima dengan mudah oleh para jamaah. Umumnya jamaah yang berasal dari daerah lebih banyak yang mengeluhkan pembatasan makanan yang hanya diberikan dua kali sehari ini, disamping menu yang dianggap kurang variatif.

"Makanannya lumayan rasanya, tapi sangat monoton, gak variatif sekali-sekali bisa diganti dengan ikan, jangan daging terus, kasian yang kena darah tinggi. Kalau sayurnya lumayan cukup walaupun hanya yang kering-kering saja," ujar Sofwan, salah satu jamaah haji asal Banten.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh jamaah haji asal Banten lainnya, Sutarkono yang mengaku kesulitan untuk menyiapkan sarapan pagi dipemondokannya, lantaran tidak tersedia kompor untuk memasak makanan siap saji, misalnya seperti mie instan.

Akhirnya dengan terpaksa, Ia harus merogoh koceknya untuk membeli makanan di warung terdekat, meski terkadang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan penjualnya yang berkebangsaan Arab.

"Disini tidak ada kompor, jadi sulit kalau mau sarapan, akhirnya kita jajan padahal keperluan kita kan masih banyak, termasuk untuk di Mekkah yang akan lebih lama lagi," ungkapnya.

Keinginan menambah porsi makanan yang hanya dua kali, menjadi tiga kali itu hampir sering didenger dari jamaah haji, ketika bertemu dilapangan. Seperti pada saat meliput jamaah haji asal Cianjur di Masjid Quba, beberapa waktu lalu, secara langsung mereka menyampaikan keinginannya tentang tambahan jatah makanan pagi.

Akan tetapi, jamaah yang berada di sektor 4 Markaziyah itu tidak mengeluhkan kondisi pemondokan, karena selama ini fasilitas air masih mencukupi, dan satu kamar mereka terdiri dari empat orang. Berdasarkan pantauan, Eramuslim bersama Tim MCH untuk mensiasati kekurangan makanan karena jatah makan yang diberikan hanya dua kali, jamaah haji berinisiatif menyiapkan alat penanak nasi listrik (rice cooker) untuk memenuhi kebutuhan makan mereka.(novel)