Dua pekan menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji sudah nampak persiapan yang akan menyambut kedatangan jamaah, persiapan dilakukan itu menyangkut sarana dan prasarana ibadah bagi para jamaah haji. Untuk tahun ini, pemerintah Arab Saudi telah mempersiapkan lebih dari 12 ribu kereta dorong (kursi dorong) jamaah haji usia lanjut yang membutuhkan selama musim haji secara gratis.
Sebagaimana dilansir harian berbahasa Melayu, Mekkah al-Nadawah, mengatakan, bahwa fasilitas ini sudah diatur oleh bagian lapangan dan bagian keamanan Masjidil Haram, dengan membuat panitia yang bertugas memantau dan melarang bagi selain kereta yang sudah disiapkan di Masjidil Haram untuk memasuki Masjidil Haram, karena itu akan mengganggu kelancaran jalan dan gerak jamaah haji.
Kereta dorong yang dijanjikan oleh pemerintah Arab Saudi berdasarkan pemantauan Eramuslim sudah mulai nampak berjejer di halaman Masjidil Haram, namun jumlah baru sekitar seribuan. Masih belum banyak jamaah masjidil haram yang memanfaatkan kereta dorong tersebut. Haji memang ibadah fisik, akan tetapi apapun alasannya tak beda dengan jamaah dari Indonesia, sepertinya ibadah yang harus dilaksanakan ketika sudah tua. Padahal justru, ketika memasuki usia tua kondisi fisik seseorang sudah tak seprima masa muda, dan mudah sekali terserang penyakit.
Pada musim haji tahun 2008, usia lanjut masih mendominasi jamaah asal Indonesia, bukan hanya itu jumlah jamaah haji Indonesia yang beresiko tinggi (risti) juga meningkat angka dari tahun ke tahun.
Jamaah yang masuk kategori berisiko tinggi adalah mereka yang memiliki penyakit bawaan dengan tingkat keseriusan yang tinggi serta berusia lanjut di atas 60 tahun. Namun, tim kesehatan pada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mengaku belum menghitung persentase jamaah risti dari total 210.000 jamaah haji Indonesia dengan alasan jamaah belum seluruhnya tiba di Arab Saudi.
"Untuk persentase risti belum dilakukan karena belum semua jamaah masuk (di Arab Saudi). Di BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia), kita tidak hitung persentasenya. Yang kita hitung, berapa persen yang berobat jalan dan dirawat inap," ungkap Wakil Kepala Daerah Kerja (Waka Daker) Mekkah bidang Kesehatan Zainuswir Zainoen, di Mekkah, Senin.
Agar dapat membedakan, Anggota Komisi VIII DPR mengusulkan a agar jamaah dengan resiko tinggi (risti) dapat dibedakan dengan menggunakan rompi khusus. Zainuswir tidak setuju. Menurutnya, apabila usulan DPR tersebut diterapakan terhadap jamaah risti dapat menambah stres jamaah, karena merasa dibedakan dengan jamaah lainnya.
"Kita tidak boleh membeda-bedakan jamaah kita. Mungkin nanti kita bisa memberi dengan tanda-tanda khusus yang hanya bisa dilihat atau diketahui oleh petugas kesehatan. Saya rasa ini akan lebih efektif dan tidak mengganggu kenyamanan para jamaah juga," jelasnya.(novel)