Tak seperti di Indonesia gaung suasana dua tahun baru di kota Madinah Al Munawarah berbeda, tak ada suara terompet yang bersahut-sahutan begitu juga kemeriah percikan kembang api yang menghiasi langit di malam hari pada saat pergantian tahun masehi. Begitu juga pada saat pergantian tahun baru hijriah 1430, tak seperti suasana di tanah air beberapa Masjid besar mengadakan tabligh akbar dalam rangka menyambut 1 Muharam 1430 Hijriah. Makna pergantian tahun di kota Nabi ini memang hanya dihayati oleh individu masing-masing, tidak diungkapkan secara berlebihan seperti yang ada di tanah air.
Kecenderungan meramaikan masjid di Madinah, tak seperti lazim di tanah air hanya ramai pada waktu dan hari tertentu saja. Selama lima waktu dan bahkan hingga malam hari pun Masjid Nabawi selalu ramai dikunjungi jamaah dari berbagai negara. Tak terkecuali raudhoh dan makan Rasul, bahkan pada saat pergantian tahun Masehi, Eramuslim berkesempatan untuk masuk ke raudhoh untuk melaksanakan sholat sunnah dan bermunajat kepada Allah.
Untuk masuk ke areal raudhoh yang berada dibawah kubah hijau Masjid Nabawi itu, ba’da sholat Isya Eramuslim harus mengantri selama dua jam bergantian dengan jamaah perempuan dari berbagai negara. Khusus untuk perempuan, jamaah Indonesia dikelompok dengan jamaah Asia lainnya yang menggunakan bahasa Melayu untuk diberi pengarahan tentang keutamaan berdoa raudhoh dan tata cara ibadah agar bisa dilaksanakan secara bergantian.
Sambil menunggu antrian masuk ke raudhoh, jamaah perempuan dikumpulkan dipintu masuknya, untuk menunggu jamaah dari negara lain selesai sholat. Dipintu masuk terpampang imbauan dalam empat bahasa Inggris, Arab, Turki, dan Melayu, agar Jamaah yang akan masuk tidak saling menyakiti jamaah lain, dan menyakinkan bahwa dengan izin Allah pasti ada kesempatan untuk berdoa di raudhoh.
Pada malam yang bertepatan dengan pergantian tahun 2008 itu, suasana raudhoh memang sangat padat, bersama dengan rombongan jamaah haji Indonesia gelombang kedua, serta jamaah asal Malaysia dan Singapura Eramuslim bersama wartawan Antara akhirnya bisa menembus masuk raudhoh. Waktu mengantri memang tidak seimbang dengan kesempatan yang untuk berdoa yang sangat singkat dilokasi yang berdekatan dengan makam Rasulullah itu.
Belum saja sholat ditutup dengan salam, sang Askar penjaga raudhoh langsung mengusir jamaah yang sholat berlama-lama ditempat itu. Waktu yang singkat memang harus disiasati dengan berbagai trik agar bisa lebih puas berdoa di raudhoh. Misalnya saja, doa diucapkan pada saat-saat sujud, ataupun dengan mengambil trik berpindah tempat meski terkadang sang Askar bisa mengenali, dan menghalau keluar untuk bergantian dengan jamaah lain.
Dibutuhkan kesabaran yang ekstra untuk dapat masuk dan berdoa di raudhoh. Meski demikian, dari percakapan Eramuslim dengan beberapa jamaah haji Indonesia, mereka umumnya lebih dari satu kali masuk ke raudhoh selama kurang lebih 8 hari berada di Madinah.
"Memang harus antri, tapi selama disini saya sudah empat kali dapat kesempatan sholat di raudhoh. Caranya saya masuk yang pagi, sehabis sholat Subuh atau malam setelah sholat Isya," ungkap Kartini, salah satu jamaah haji asal Solo.(novel)