Penggambaran Setan Dalam Melontar Jumrah “Salah” Dan Tidak Ada Dasarnya Dalam Agama

Muslim pilgrims throw pebbles at pillars during the "Jamarat" ritual, the stoning of Satan, in Mina near the holy city of Mecca, on October 15, 2013. Pilgrims pelt pillars symbolising the devil with pebbles to show their defiance on the third day of the hajj as Muslims worldwide mark the Eid al-Adha or the Feast of the Sacrifice, marking the end of the hajj pilgrimage to Mecca and commemorating Abraham's willingness to sacrifice his son Ismail on God's command in the holy city of Mecca. AFP PHOTO/FAYEZ NURELDINE (Photo credit should read FAYEZ NURELDINE/AFP/Getty Images)

Eramuslim – Menjadi salah satu wajib haji, umat Muslim dari seluruh dunia kini sedang melakukan ritual melontar jumrah yang dilakukan pada tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah dengan menggunakan 7 buah batu kerikil.

Akan tetapi tahukah kita darimana ajaran melontar jumrah diturunkan? Apakah dari Nabi Ibrahim seperti yang banyak dipahami masyarakat umum? Ataukah langsung dari ajaran Nabi Muhammad ﷺ.

Dalam keterangannya kepada Sky News Arabia, profesor Universitas Saudi Dr. Ahmad Saifuddin menjelaskan bahwa penggambaran banyak orang bawah pilar batu di tempat jamarat adalah setan adalah penggambaran yang salah dan tidak ada dalilnya dalam agama.

Dr. Ahmad Saifuddin melanjutkan, “Melontar jumrah adalah sunnah Nabi Muhammad ﷺ untuk mengingat Allah di hari-hari dan tempat yang telah ditentukan syara’. Allah Subhanahu Wata’ala adalah zat yang mengajarkan langsung Nabi Muhammad ﷺ untuk melakukan hal tersebut dan mengajarkannya kepada umat Islam.”

Menurut Dr. Ahmad Saifuddin, setiap lontaran batu kerikil di jamarat adalah untuk mengagungkan Allah dengan ucapan “Allahu Akbar” dalam setiap lontaran jumrah. Serta mengingat Allah selama perjalanan menuju tempat jamarat dengan ucapan kalimat talbiyah, termasuk ritual tawaf dan sai di Masjidil Haram. (Skynewsarabia/Ram)