Peluang untuk memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam akan selalu terbuka, baik yang dilakukan oleh musuh-musuh ataupun akibat memanasnya suhu politik sebuah negara. Wukuf di Padang Arafah hendaknya sebagai momentum mempererat kembali persaudaraan sesama muslim baik antar sesama bangsa maupun antar bangsa.
"Suhu politik menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden di Indonesia, bila tida disikapi secara arif akan menimbulkan banyak persoalan. Gesekan dan persinggungan antar berbagai kepentingan akan mudah sekali menyulut konflik ditengah masyarakat," kata Menteri Agama M. Maftuh Basyuni dalam pidato wukuf musim haji 1429H, di Arafah, Sabtu.
Dalam kesempatan itu, Menag menyerukan kepada segenap masyarakat Indonesia, baik yang sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci maupun yang berada di tanah air untuk meneguhkan tekad memelihara persatuan dan kesatuan dalam wadah persaudaraan sebangsa dan setanah air.
"Pemilu hanyalah sebuah proses dan jalan untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat, maka sangatlah naif bila kita terjebak dalam kemelut proses yang berkepanjangan, sementara tujuan yang sebenarnya terlupakan," jelasnya.
Pesan tentang penting menggalang persaudaraan, lanjut Maftuh, pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW pada saat khutbatul wada’ 15 abad yang lalu. Semangat persaudaraan itu pula yang telah menggerakan kaum Muslimin di Madinah, yang dikenal dengan julukan al-Anshar untuk menyambut dan menerima dengan hangat kedatangan kaum Muhajirin yang terusir dari Mekkah.
Ia mengatakan, solidaritas dan kepedulian antar sesama di kalangan kaum Anshar-Muhajirin begitu tinggi melampaui batas-batas kepentingan pribadi dan kelompok, hal ini patut menjadi contoh untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi dewasa ini. Misalnya krisis global yang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Menag juga mengingatkan bentuk kepedulian sosial itu bisa diterapkan dengan menyantuni para dhuafa dan fakir miskin, sehingga tumbuh rasa persaudaraan yang kuat.(novel)