Tidak seperti di Madinah jamaah haji asal Indonesia memperoleh makanan katering selama dua kali sehari, ketika berada di Mekkah sebelum puncak haji di Armina, jamaah haji Indonesia harus mencukupi kebutuhan makannya sendiri dengan membeli di sekitar pemondokan atau Masjidil Haram. Namun tidak perlu khawatir, jamaah haji dapat dengan mudah mencukupi kebutuhan perutnya, karena musim haji ini dimanfaatkan pedagang musiman untuk menjual berbagai macam masakan khas Indonesia.
Pedagang khas masakan Indonesia di Mekkah tentu saja akan diserbu oleh Jamaah haji asal Indonesia. Apalagi kalau makanan tersebut variatif, rasa sesuai dengan cita rasa Indonesia, tanpa berfikir lama jamaah pun langsung membeli makanan tersebut. Biasanya warung makan khas Indonesia ini akan ramai, pada jam-jam tertentu misalnya ba’da sholat Subuh, ba’da Dzuhur dan ba’da Isya.
Seperti hal warung makan Indonesia, dekat pemondokan jamaah haji Indonesia di Sektor 9 An Nuzhah selalu dipadati pembeli. Harga yang ditawarkan untuk satu porsi makanan beraneka ragam mulai dari paket 4 riyal-10 riyal tergantung pilihan menu makanannya. Apabila jamaah haji memilih ayam atau daging, tentu harganya akan berbeda ketika dia memilih telur ataupun ikan. Misalnya, untuk paket ikan 2 riyal, sayur 1 riyal, kentang goreng 1 riyal, dan nasi 2 riyal itu dipatok harga 6 riyal atau senilai 18.000 rupiah.
Seorang mukimin bernama Aang asal Cianjur mengaku, sejak buka pada waktu Subuh hingga pukul 21.00 WAS makanan selalu habis, tidak pernah sisa. Bahkan dari penjualan sehari, bosnya yang merupakan orang asli Arab Saudi itu mengantong uang sekitar 2000 riyal.
Lebih dari 100 orang jamaah haji dari berbagai propinsi setiap harinya makan mengkonsumsi makanan yang digelar disamping pemondokan di An Nuzhah itu. Subri Wayandi, jamaah haji asal kloter 4 Batam mengaku sangat tertolong, dan tidak kesulitan mencari makan karena lokasinya berada disekitar pemondokannya.
" Ya lumayan sih harganya 5-6 riyal, tapi dari pada harus jauh-jauh mencari makanan disinikan dekat ya. Pulang sholat bisa langsung makan," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Tim Pelayanan Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dr. Yulianti Hamidah mengakui, meski dari sisi kesehatan makanan yang dijual di sektor 9 itu belum memenuhi syarat kebersihan, tetapi karena disitu akses terdekat bagi jamaah, tidak ada pilihan lagi bagi jamaah haji untuk mengkonsumsinya.
"Memang masih kurang hygienis ya masih terlihat banyak lalat-lalat, karena itu kalau bisa cepat dimakan jangan dibiarkan lalat hinggap. Untuk pelayannya, supaya tidak lupa menutup makanan yang dijualnya," jelasnya. (novel)