Kualitas makanan bagi para jamaah haji yang tidak memenuhi syarat gizi menjadi penyebab menurunnya kondisi jamaah haji di tanah suci, padahal jamaah haji membutuhkan kelengkapan gizi untuk beribadah dengan baik. Untuk urusan penyediaan makanan bagi para jamaah di tanah suci ini, pemerintah Indonesia telah mempercayakan kepada pihak pengelola katering. Tercatat ada tujuh nama perusahaan katering yang memberikan pelayanan makan bagi jamaah haji selama di Madinah yakni Andalus, Al- Jabir, Al-Maudi, Al-Ikhwan, Golden Fork, Batawi, dan Al-Munif.
Ketujuh perusahaan katering ini bertanggung jawab atas konsumsi makanan jamaah haji dua kali sehari selama di Madinah. Akan tetapi, ternyata amanah yang diberikan kepada perusahaan katering ini tidak seluruhnya dijalankan dengan baik. Satu dari tujuh, perusahaan katering itu, yakni Al-Ikhwan memberikan pelayanan yang kurang baik. Dari pemantauan, Eramuslim bersama dengan Tim Kesehatan Daerah Kerja Madinah, diketahui perusahaan katering tersebut masih menyisakan makanan atau lauk pauk yang sudah tidak layak konsumsi.
Di samping sisi, penempatan bahan makanan, tempat pembuatan makanan, dan pengemasan makanan yang kurang higienis. Dari temuan di lapangan, ditemukan kaleng kemasan minyak goreng yang sudah tidak utuh (bolong), serta lemari pemanas makanan dalam kondisi temperatur panasnya sudah tidak berfungsi dengan baik.
"Ruang masuk keliru, toilet dulu, gak bersih, gak ada sekat sehingga memungkin lalat. Stock bahan makanan gak boleh nyandar ke dinding, hewan kecil seperti kecoa, dan tikus bisa masuk. Penyimpanan tidak ada fist in fist out, sehingga terjamin yang baru dengan yang lama," jelas Tim Sansur Daker Madinah, Kamal Kasra usai meninjau lokasi, Senin (17/11).
Ia pun mengkritisi, penggabungan ruang pengolahan makanan dengan makanan yang sudah masak, semestinya di pisahkan, tetapi itu campurkan.
Untuk mendapatkan makanan dengan kualitas gizi yang baik, serta layak konsumsi, faktor kebersihan dan kesegaran bahan makan sangat diperlukan. Oleh karena itu, Petugas Kesehatan Haji Daker Madinah, yang terdiri dari Ahli Gizi, Sanitasi dan Survailans (Sansur), serta pakar kesehatan pun mengambil sampel atas temuan dilapangan untuk diteliti secara seksama di laboratorium Rumah Sakit Al-Anshar di Madinah.
Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit diare terhadap jamaah haji, yang masih harus melanjutkan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan rangkaian ibadah haji.(novel)