Kualitas makanan jamaah haji gelombang II masih menjadi perhatian penting, khusus di Madinah jamaah haji Indonesia memperoleh makanan sebanyak dua kali. Hal-hal kecil terkait penyedian katering bagi jamaah haji tidak boleh diabaikan. Beberapa orang jamah haji kloter 14 asal Banjarmasin-Kalimantan Selatan mengaku, selam dua hari berturut-turut menerima makanan dari perusahan katering Betawi yang tak layak, karena sayur dan ikan sudah basi.
"Pengalaman hari pertama, jatah nasi makan pertama aman-aman saja, cocok dengan selara kita, jamaah tidak mengeluh. Alhamdulillah makanannya cocok, tapi ketika malam hari, jamuan kedua, ada sebagian sayurnya yang basi," ujar Ketua Kloter 14 Banjarmasin Zainal Arifin, di Hotel Haramain, Madinah.
Pengaduan jamaah pada hari itu, diakunya, tidak langsung ditanggapi, karena bisa saja karena jamaah terlambat mengkonsumsi makanan sesuai dengan batasan waktu paling lambat empat jam setelah diterima harus dimakan. Namun, keesokan harinya jamaah kembali melaporkan ada sebagian yang ikannya basi.
"Jam 10.00 itu sudah ada yang kompalain basi, cuma beberapa orang saja. Tapi makanan saya tidak basi, cuma di kamar lain ada yang komplain sayurnya basi. Kemudian besok malamnya, ada sebagian yang ikannya basi, juga sebagian kecil," jelas Zainal.
Ia mengatakan, komplain jamaah haji terhadap kualitas makanan itu, langsung disampaikanya kepada pengelola katering, dan setelah itu kasus makanan basi sudah tidak dikeluhkan jamaah kloter 14 Banjarmasin.
Akan tetapi, lanjutnya, emosi jamaah hampir tak terkendali ketika dua malam berikutnya katering Betawi yang menangani sebagian jamaah haji di sektor III itu terlambat mendistribusikan makanan ke pemondokan lebih dari dua jam.
"Sayur dan ikan basi itu jamaah masih tenang, tapi yang membuat jamaah marah justru karena keterlambatan. Karena mereka dari sebelum Dzuhur sudah makan, kemudian jam 09.00 malam baru makan, perutnya sudah lapar, akhirnya pada emosi," ungkapnya.
Zainal mengatakan, alasan keterlambatan pendistribusian katering di pemondokan, karena lambat dalam proses pengepakan makanan ke dalam kotak.
Kekurangan petugas pengepakan diakui oleh Ali, petugas katering Betawi. Ia mengatakan, perusahan katering tempatnya bekerja saat ini sedang minim petugas, karena ada beberapa pekerja harus yang dideportasi, karena kasus keimigrasian.
"Banyak pekerja kita yang dideportasi, karena izin tinggal sudah habis ada sekitar 15 orang. Itu yang bertugas mengepakan makan ke box, jadinya lama," ujar pria asli Cianjur yang sudah bekerja selama 9 tahun itu.
Sebelumnya, pertengahan Desember lalu perusahaan katering Betawi sempat dikunjungi oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Daker Madinah menyatakan komitmennya untuk mendistribusikan makanan ke pemondokan tepat waktu sesuai masukan tim pengawas haji.
Pelaksana perusahan katering Betawi, Abdul Latief menyambut baik, adanya permintaan pendistribusian makan siang untuk jamaah haji gelombang kedua yang berada diwilayah non Markaziyah dimajukan pada pukul 10.00.
"Permintaan lebih cepat lebih baik buat saya, karena panjang waktunya dari malam itu walaupun tidak dimatangkan, tinggal jam 8 kita matangin, jam 9 ke mobil. Jam 10.00 sampai ke pemondokan. Jam 10.00 dihotel, petugas semua sudah siap disana, Insya Allah lancar," pungkasnya.(novel)