Jamaah Haji Indonesia berangsur-angsur mulai memadati Masjid Nabawi untuk melakukan ibadah sholat berjamaah sebanyak 40 waktu (Arbain), menyusul mulai berdatangannya gelombang I jamaah haji Indonesia ke Madinah. Jamaah yang datang lebih awal telah menempati perumahan di wilayah Markaziyah (perhotelan) yang dekat dengan masjid Nabawi, sehingga memudahkan mereka untuk pulang pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah sunnah yang dianjurkan, sebelum melanjutkan perjalanan ke tanah suci untuk berhaji.
Keutamaan Sholat di masjid ini dinyatakan oleh Rasul SAW: "Sholat di mesjidku ini lebih baik daripada shalat seribu kali di mesjid lainnya, kecuali di Masjidilharam…Siapa yang mengerjakan shalat di mesjidku empat puluh kali shalat fardu, tidak kurang dari satuu shalat pun, maka ia terbebas dari neraka, bebas dari azab, dan bebas dari kemunafikan.
Para tamu Allah dari tanah air sangat antusias untuk berlomba mendapatkan keutamaan dari ibadah yang mereka lakukan di kota tempat hijrah Rasulullah SAW itu. Meskipun baru tiba pada dini hari, ketika Subuh para jamaah antaranya dari Jawa Timur, Medan, Makasar dan Jakarta itu sudah menempati shaf-shaf yang sudah lebih padat dibandingkan hari sebelumnya. Jamaah yang akan menunaikan ibadah Arbain itu berbaur dengan jamaah di berbagai belahan dunia, yang membedakan mereka disini hanya warna benderanya.
Suasana kompleks Masjid Nabawi pun ketika usai sholat tidak serta merta sepi dari jamaah, sebab banyak diantaranya yang masih harus menunggu keluarganya ataupun anggota rombongannya yang belum keluar. Karena jarak antara pintu masuk/keluar jamaah laki-laki dan perempuan itu letaknya berjauhan, disamping itu banyaknya jumlah jamaah terkadang menyebabkan jamaah terpisah dari rombongannya. Karena itu, sejak awal Menteri Agama M. Maftuh Basyuni telah mengingatkan, agar jamaah haji selalu berkelompok yang mengenakan seragam, sebagai identitas ketika hendak beribadah ke masjid di tanah suci.
Bahkan pengalaman terpisah dengan teman saat ke Masjid itupun dialami oleh Eramuslim saat melakukan sholat Subuh, dimana salah satu teman dari empat orang yang pergi bersama ke masjid. Ketika sholat usai, sempat terpisah, dan butuh kesabaran untuk menunggu diluar masjid ditengah cuaca Madinah cukup dingin.
Namun untunglah tidak berlangsung lama, karena diketahui rekan yang terpisah itu diketahui telah pulang ke Wisma Haji Daker Madinah.Suasana yang ramai pada waktu beribadah itu mestinya bisa menjadi perhatian para jamaah, namun perubahan situasi terkadang membuat jamaah haji lupa dengan hal-hal yang penting menjadi perhatian.
Bukan hanya kelompok kami yang terpisah, ditengah sibuk mencari teman yang terpisah. Eramuslim sempat menyapa seorang perempuan yang keluar masjid dengan mengenakan kursi roda, setelah diketahui ternyata perempuan yang berasal dari Batam itu sedang kebingungan mencari suaminya. Perempuan itu pun bersikukuh tetap berada ditengah halaman masjid, ketika disarankan untuk bergabung bersama dengan jamaah yang sedang menunggu digerbang masjid, perempuan itu menolaknya.
"Kenapa ibu tidak sama dengan teman perempuan lain, kan suaminya jauh. Perempuan itu menjawab, saya tidak mau merepotkan orang lain bu, saya sadar tubuh saya besar, jadi gak mungkin saja minta orang untuk mendorongnya," ujar Perempuan itu.
Jawaban perempuan itupun, membuat saya menjawab. "Bu semua jamaah disini saudara, apalagi dengan yang satu negara. Gak usah berfikir begitu ya." Akan tetapi, perempuan yang baru saja tiba di Madinah pada dini hari itu tetap bertahan ditengah halaman masjid, sampai beberapa saat kemudian menghilang dari pandangan.
Fenomena seperti akan bisa lebih banyak terjadi pada masa musim haji, dimana jutaan umat Islam tumpah ruah di tanah haram. Namun, hanya ada satu jalan yaitu terus memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan kemudahan dalam menjalankan ibadah di tanah suci.(novel)