Jamaah haji yang berada di wilayah non Markaziyah di Madinah bisa memperoleh makan siang mulai jam 10.00 WAS, sehingga jamaah yang akan berangkat sholat ke Masjid Nabawi tidak harus terlambat karena menunggu makanan tiba di pemondokan.
"Kami sudah minta kepada pihak pengelola katering terutama bagi jamaah yang tinggal diwilayah non markaziyah itu pada jam 10.00 WAS sudah mulai melakukan distribusi," kata Kadaker Madinah Ahmad Kartono saat meninjau kesiapan perusahaan katering yang akan melayani jamaah di Madinah, Senin (15/12).
Berdasarkan pengalaman pada gelombang pertama, jamaah haji yang berada di wilayah non Markaziyah umumnya berangkat ke Masjid Nabawi lebih awal karena letak rumahnya agak jauh dari masjid, dan pulang pada akhir, sehingga sering kali makanan didapati sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
"Sebab perbedaan antara di Markaziyah dan non Markaziyah itu dari sisi jarak Masjid Nabawi berbeda, sehingga yang didahulukan distribusi dari non Markaziyah pada pukul 10.00 sudah mulai, sehingga jam 10.00 ketika jamaah selesai makan bisa pergi ke Masjid Nabawi," ujar Kartono.
Sementara itu, pelaksana perusahan katering Betawi, Abdul Latief menyambut baik, adanya permintaan pendistribusian makan siang untuk jamaah haji gelombang kedua yang berada diwilayah non Markaziyah dimajukan pada pukul 10.00.
"Permintaan lebih cepat lebih baik buat saya, karena panjang waktunya dari malam itu walaupun tidak dimatangkan, tinggal jam 8 kita matangin, jam 9 ke mobil. Jam 10.00 sampai ke pemondokan. Jam 10.00 dihotel, petugas semua sudah siap disana, Insya Allah lancar," pungkasnya.
Al Ikhwan Masih Dipakai
Jamaah haji gelombang kedua di Madinah tetap akan dilayani oleh tujuh perusahaan katering, yakni Andalus, Al Jabir, Al Amoudi, Al Ikhwan, Golden Fork, Betawi, dan Al Munief.
Ketika disingung tetap dipakainya katering Al Ikhwan yang telah melakukan kelalaian, sehingga menyebabkan 89 jamaah haji terkena diare. Kadaker Ahmad Kartono menyatakan, terkait dengan pelayanan terhadap jamaah haji gelombang kedua ini Al Ikhwan telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan-perbaikan termasuk merubah posisi toilet yang terletak dipintu masuk ruang memasak.
"Tetap sama tujuh perusahaan, termasuk katering Al-Ikhwan yang pernah terjadi kasus diare, yang sudah kita ketahui. Tapi sudah ada perubahan bahwa WC yang posisinya ada didepan sekarang sudah ditutup, sehingga pintu dialihkan supaya tidak terkesan kita melewati wc dulu baru ke dapur, sekarang sudah ditutup melalui pintu samping. Sekarang sudah ada perubahan dari mereka, dari hasil pembinaan kita, mereka bisa memahami dan saran dari pengawas DPR maupun tim sansur kesehatan dan MCH, sudah dilakukan perubahan," jelasnya.(novel)