”Jadi nanti wilayah Aziziyah di Makkah akan jadi luar biasa nilai strategisnya. Pelayanan jamaah haji ketika melempar jumrah akan dipakai sebagai alternatif. Ini persis dengan jaman dahulu, misalnya sebelum tahun 1980-an, ketika Aziziyah dipakai sebagai tempat tinggal, Mereka hanya ‘mabit’ sementara di Mina sembari menunggu waktu untuk melempar jumrah. Ini akan persis dengan pelaksanaan ibadah haji pada jaman dahulu,” kata Baluki.
Seperti diketahui, kini memang ada keluhan soal padatnya tenda jamaah haji ketika di ‘Miqat’ di Mina. Saking padatnya wilayah itu karena jumlah jamaah haji terus bertambah sedangkan wilayah Mina tetap, maka banyak jamaah haji pria yang memilih tidur di luar tenda. Alasannya, untuk menghindari suasana sumpek.
Adanya hal ini, Baluki mengatakan kepadatan itu pasti akan terjadi karena kuota haji di negara manapun akan terus bertambah. Apalagi sekarang sudah ada soal pembolehan dari pemerintah Arab Saudi mengenai ‘jamaah haji furodah’. Jamaah haji ini bisa memesan visa saat mereka ingin datang pada tahun yang sama dengan syarat dan biaya tertentu.
”Nah, jamaah Furodah sudah sangat banyak. Untuk jamaah haji asal Asia Tenggara jumlahnya sudah cukup besar mencapai puluhan ribu. Sedangkan dari Indonesia memang masih kecil. Tapi potensinya ke depan akan terus naik. Adanya jamaah ini jelas akan menambah jumlah jamaah haji asal Indonesia sebab jamaah haji furodah tidak termasuk dalam kuota jamaah haji reguler dan jamaah haji khusus,” ujar Baluki.
Di masa depan, lanjutnya, pemerintah Arab Suadi pun sudah punya target bila jumlah jamaah haji dan umrah akan meningkat pesat. Untuk penyelenggaraan jamah haji pada tahun 2030, Arab Saudi sudah mematok jumlah jamaah sampai 30 juta orang. Jumlah ini lima atau enam kali lipat dari jumah jamaah haji saat ini.