DDII Terapkan Berhaji Sesuai Sunnah

Prosesi pelaksanaan ibadah haji dimulai pada 9 Dzulhijjah atau bertepatan pada Ahad (7/12), jamaah yang akan menunaikan rukun Islam kelima itu tentunya menginginkan ibadah yang dijalankan itu bisa sempurna dan bisa mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Tak banyak, jamaah haji yang bisa memiliki kesadaran untuk melakukan ibadah haji dengan sempurna, hal itu disebabkan kurang pemahaman akan makna ibadah haji. Oleh karena itu bimbingan manasik perlu dimantapkan oleh setiap jamaah haji baik pada saat di tanah air maupun ketika berada di tanah suci.

Puncak haji yang semakin dekat, sambil menunggu hari H itu memang jamaah disarankan untuk berdiam dipondokan mempersiapkan energi untuk puncak haji, disamping itu juga memantabkan bimbingan ibadah haji. Sangat disayangkan, pengorban dan biaya yang besar untuk bisa ke tanah suci hanya sia-sia tanpa memproleh kenikmatan dan kesempurnaan ibadah itu sendiri.

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sebagai lembaga dakwah mencoba membuat format ibadah haji plus yang sedikit berbeda. Setiap harinya sebelum puncak haji, jamaah calon haji yang berjumlah sekitar 400 orang itu mendapatkan pendidikan tentang ibadah haji yang sesuai dengan tata cara, sunnah Rasul, disamping ajaran ketauhidan dan sebagainya.

"Selama kita di Mekkah, Madinah, disini (pondokan transit). Tiap hari ada ceramah dan diskusi yang lebih mendalam. Itu mulai dari jam 08.30 pagi sampai jam 11.00 siang, yang diisi beberapa penceramah. Sebelum prosesi wukuf, setelah haji juga akan terus dilakukan pengayaan ajaran Islam, sampai pulang. Itu selalu pagi," jelas Badan Pengawas Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Zukifli Hasan, yang ikut tergabung dalam rombongan jamaah haji Hudaya safari.

Jamaah haji dibawah bendera DDII, diakuinya, memang berada ditempat dilokasi transit yang jauh, sekitar 10 KM dari Masjidil Haram di wilayah Syaukiyah, akan tetapi kondisi itu dimanfaatkan jamaah calon haji itu untuk mendapatkan pemantapan ajaran keislaman. Namun, jika ada yang ingin ke Masjidil Haram, pihak penyelenggara telah menyiapkan kendaraan bus jamaah.

"Kalau kita habiskan tenaganya duluan, maka banyak ibadah haji yang terganggu karena diposir. Apalagi jamaah haji yang diberangkatkan oleh pemerintah itu 40 hari itu lama sekali, kalau tidak mengatur tenaga maksa ibadah, fisiknya bisa turun drastis," ujar Zulkifli merupakan Anggota DPRRI FPAN itu.

Perluasan Masjidil Haram memang berdampak luas, bukan hanya bagi penyelenggara haji yang diprakarsai oleh pemerintah tetapi juga penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK).

Salah satu anggota Dewan Pengawas DDII M. Sidik mengakui, tahun ini pihaknya hanya bisa memperoleh pemondokan transit ditempat yang jauh, akan tetapi setelah prosesi ibadah haji di Armina, jamaah hajinya akan menempati pemondokan di Hotel Suraya yang dekat dengan Masjidil Haram, sehingga jamaah hajinya bisa mengefektifkan ibadahnya di tanah haram sebelum akhirnya kembali ke tanah air.(novel)