Berebut Pahala, Bagikan Makanan Buka Puasa

Memberi makan orang yang sedang berpuasa sangat berpahala, Rasululllah SAW bersabda “Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. At Tirmidzi). Jika di tanah air, hadis ini hanya diterapkan pada saat bulan suci Ramadhan, tidak dengan di Arab Saudi.

Penduduk kota suci Mekkah dan Madinah umumnya menerapkan anjuran memberi makan orang pada saat berpuasa Senin-Kamis, jadi tak heran apabila menjelang Magrib terlihat orang membagi -bagikan makanan berupa kurma, roti atau minuman kepada orang yang akan hendak pergi ke masjid. Tak jarang, saat duduk di masjid menjelang magrib jamaah akan dihampiri oleh orang yang akan membagikan ifthor.

Bukan hanya puasa Senin-Kamis, memasuki pertengahan bulan Muharram tepat pada 9 dan 10 Muharram sebagian umat Islam di Arab Saudi menjalankan puasa Tasyu’a dan Assyura pada saat itu pula banyak orang berlomba-lomba membagikan makanan berbuka puasa. Berdasarkan pemantauan Eramuslim, menjelang adzan magrib pada 10 Muharram, jamaah perempuan masjid Nabawi sudah duduk berkumpul menyiapkan makanan pembuka seperti kurma, roti, jus, dan juga air zam-zam. Bahkan ada diantara mereka, beberapa menit menjelang adzan magrib sudah membagi-bagikan makanan kepada jamaah lain yang berada didekatnya.

Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat Islam untuk melaksanakan shaum assyuraa (shaum hari kesepuluh) dari bulan Muharram ditambah dengan shaum sehari sebelumnya atau sesudahnya. Suasana masjid Nabawi sore itu memang berbeda banyak jamaah terutama yang berasal dari Turki, India, Pakistan, dan Arab, yang bersiap-siap berbuka puasa, namun jamaah Asia khususnya Indonesia tak banyak yang menjalankan puasa pada hari itu.

Anak-anak di Masjid Nabawi

Ada suasana yang berbeda memang ketika berada di tanah haram Madinah Al Munawarah, masjid Nabawi tak pernah sepi dikunjungi jamaah meski beberapa jamaah khususnya dari Asia yakni Indonesia dan Malaysia sudah tak berada disana. Karena kesadaran yang tinggi dari umat Islam di kota nabi itu untuk selalu memakmurkan masjid Rasul selama lima waktu, dan juga di waktu malam. Mencintai masjid sepertinya sudah diterapkan sejak usia anak-anak, pada saat liburan hari Kamis dan Jum’at masjid selalu ramai dengan dikunjungi anak-anak. Meski belum wajib menjalankan sholat, anak-anak itu sudah diperkenalkan dan diakrabkan dengan masjid. Bukan hanya itu, pada waktu Subuh seorang wanita Arab tak segan untuk membawa bayinya sholat ke Masjid Nabawi. (novel)