Setelah melakukan rangkaian ibadah Arbain atau sholat wajib selama 40 waktu di Masjid Nabawi, Madinah, gelombang pertama jamaah haji Indonesia mulai bergerak dari Madinah ke Mekkah untuk melanjutkan rangkaian ibadah haji yang dimulai dengan umroh di Masjidil Haram. Pergerakan pertama dilakukan bagi 12 kelompok terbang yang tiba di Madinah tanggal 5 Nopember 2008, yakni diawali kloter pertama jamaah haji Indonesia dari Embarkasi Surabaya.
Pada hari pertama keberangkatan, sebanyak 4.000 jamaah haji diberangkat dari Madinah Al Munawarah, sejak selepas Dzuhur sebanyak 453 jamaah, setelah Ashar 1.349 jamaah, dan sisanya usai sholat Isya. Untuk tahun ini, Miqot dibatasi hanya sampai pukul 23.00 WAS, sesuai surat edaran Gubernur Madinah.
Perasaan bahagia dirasakan oleh jamaah haji yang akan berangkat menuju Mekkah Al Mukaramah untuk melakukan ibadah umroh, yang dilanjutkan dengan berhaji. Hal itu ditutur oleh Sudjani, salah seorang jamaah haji asal Bojonegoro, Jawa Timur. Dirinya pun sejak di Madinah telah melakukan persiapan fisik untuk melakukan rangkaian perjalanan ibadah yang masih panjang.
"Alhamdulillah, senang sekali karena sudah melaksanakan ibadah Arbain di Masjid Nabawi, sesuai dengan yang dianjurkan Rasulullah Muhammad SAW. Dan untuk persiapan fisik sangat-sangat penting sekali, karena perjalanannya untuk melaksanakan ibadah haji masih sangat panjang. Maka dari itu persiapan fisik masih sangat kita butuhkan," ujarnya ditemui sebelum berangkat ke Mekkah, Kamis sore.
Senada dengan itu, jamaah haji dari kloter I Surabaya Nur Asiyah merasa lega karena telah berhasil menyelesaikan tugas pertama yang cukup berat yaitu melaksanakan sholat Arbain. Ia mengakui, kelancarannya melaksanakan ibadah Arbain, karena faktor pendukung sarana pemondokan yang letaknya berdekatan dengan Masjid Nabawi, sehingga dapat dengan cepat pulang-pergi ke masjid.
Meski tugas berat pertama telah berhasil dilalui oleh jamaah haji di Madinah, Nuril Anwar yang juga berasal dari kloter I Surabaya, harus mempersiapkan diri secara fisik menghadapi situasi yang berbeda di Mekkah, dimana letak pemondokan jauh dari masjidil haram.(novel)