Eramuslim –Untuk ke sekian kalinya, Imarah Islam Afghanistan atau yang dikenal dengan Taliban membuat kejutan di ranah internasional. Dalam sebuah surat terbuka yang dirilis hari Selasa (15/08) kemarin, kelompok pejuang Taliban meminta Presiden Donald Trump meninjau kembali strategi perang AS di Afghanistan.
Ditulis dalam nada negosiasi, Taliban meminta Trump untuk belajar dari “kesalahan historis” pendahulunya. Oleh karena itu, Taliban meminta Amerika untuk menarik sepenuhnya pasukan dari Afghanistan.
Kelompok jihadis yang memiliki basis kuat di Afghanistan ini juga mendesak Amerika Serikat untuk berinteraksi dengan rakyat Afghanistan dengan murah hati daripada menerapkan strategi perang.
“Tampaknya menjadi kesalahan historis dari pemerintahan sebelumnya yang telah mengirim pemuda Amerika untuk membantai orang Afghanistan. Namun, sebagai presiden Amerika yang bertanggung jawab, Anda (Trump) perlu mempelajari kesalahan pendahulu Anda dan mencegah kematian dan cedera pasukan Amerika di Afghanistan,” tulis Taliban.
Bersama dengan sekutunya Inggris dan sejumlah negara lainnya, AS mulai menginvasi Afghanistan pada tahun 2001. Hal ini menjadi intervensi militer terpanjang Washington setelah Vietnam, yang memakan biaya termahal dengan menghabiskan lebih dari $ 100 miliar.
“Pemuda Amerika tidak dilahirkan untuk dibunuh di padang pasir dan pegunungan Afghanistan untuk membela para pencuri dan pejabat korup. Tidak ada orang tua yang akan menyetujuinya mereka untuk membunuh warga sipil di Afghanistan,” lanjut Taliban dalam suratnya.
Taliban kemudian mengungkapkan bahwa para politisi dan jenderal Afghanistan memelihara perang dan pendudukan untuk keuntungan pribadi.
“Sejumlah anggota kongres dan jenderal yang tinggal di Afghanistan menekan Anda untuk memperpanjang perang di Afghanistan karena mereka berusaha untuk mempertahankan hak militer mereka. Anda harus bertindak secara bertanggung jawab atas nasib banyak orang Amerika dan Afghanistan terkait dengan masalah ini,” ujar Taliban yang ditujukan kepada Presiden AS Donal Trump.
Sehari sebelumnya, Menteri Pertahanan AS James Mattis dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin (14/08), mengatakan bahwa semua opsi untuk Afghanistan tetap dirundingkan. “Penarikan pasukan secara penuh adalah salah satunya,” imbuhnya.
Kendati demikian, ada kemungkinan rencana lain termasuk mengirim ribuan tentara tambahan dalam konflik yang hampir berjalan 16 tahun atau mengambil taktik yang berlawanan dan menarik diri. Selain itu, ada juga rencana untuk bekerja sama dengan kontraktor militer swasta dalam rangka mengawasi situasi keamanan yang rapuh.
Erik Prince, pendiri perusahaan keamanan swasta Blackwater, telah menawarkan kekuatan militer pribadinya untuk Afghanistan. Ia mengusulkan sebuah rencana selama dua tahun, di mana pasukan Amerika -selain beberapa pasukan khusus- akan digantikan oleh tentaranya yang terdiri dari sekitar 5.500 tentara bayaran yang akan melatih tentara Afghanistan dan bergabung dengan mereka dalam perang melawan Taliban.
Namun, Taliban justru memperingatkan bahwa rencana untuk bekerja sama dengan tentara bayaran tidak akan banyak mempengaruhi kondisi AS di Afghanistan. Menurut Taliban, hal itu justru menjadi kesalahan besar.
“Jika perang tidak dapat dimenangkan dengan pasukan profesional AS dan NATO, Anda tidak akan pernah bisa memenangkannya dengan tentara bayaran, perusahaan kontraktor terkenal, dan antek-antek tidak bermoral lainnya,” ujar Taliban memperingati. (KI/Ram)