Konflik Suriah berdampak besar terutama bagi para pengungsi yang datang ke negara-negara yang membantu. Mereka tidak mampu mendapatkan pekerjaan untuk memberi makan anak-anak mereka.
“Saya sudah mencari pekerjaan (di Libanon), namun tidak mendapatkannya,” Ghassam Mahmoud, seorang mekanik, mengatakan kepada Reuters.
Mahmoud membawa kedua istrinya dan 12 anaknya dari kota Akkar di provinsi utara Libanon, ke pusat pendaftaran pengungsi di Tripoli setelah gagal mendapatkan pekerjaan.
Ia telah menunggu selama dua bulan supaya dapat mendaftarkan ia dan keluarganya.
Ratusan keluarga, kebanyakan wanita dan anak-anak, duduk di belakang Mahmoud sambil menunggu proses pendaftaran.
Enam belas kantor yang terbuat dari kayu dan plastik dibangun sebagai tempat wawancara para keluarga. Terdapat pula tempat dengan tembok-tembok yang tinggi untuk merahasiakan identitas para korban pelecehan seksual.
Libanon, yang memiliki populasi penduduk sebesar empat juta orang, paling banyk menampung para pengungsi, dengan kedatangan meningkat dua kali lipat menjadi 4.400 orang per hari dalam tiga minggu terakhir, perwakilan UNHCR di Libanon mengatakan kepada Reuters.
Dari total sebesar 1,5 milyar dollar yang dijanjikan oleh para donatur internasional untuk rencana PBB membantu para pengungsi Suriah, baru sebesar 25 persen yang terealisasi, UNHCR menjelaskan.
Di Yordania, dengan enam juta penduduk, kedatangan para pengungsi menguras layanan energi, air, kesehatan dan pendidikan hingga batasnya.
Turki telah menghabiskan lebih dari 600 juta dollar untuk membangun 17 kamp pengungsi dan masih terus melakukan pembangunan.
(islamonline)