Eramuslim.com – Serangan ‘Israel’ ke Gaza telah menghasilkan lebih banyak emisi karbon dalam 120 hari pertama dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan gabungan 26 negara selama setahun, ungkap sebuah penelitian baru.
Studi oleh Queen Mary University di London menemukan bahwa emisi karbon yang dihasilkan dari serangan ‘Israel’ ke Gaza sejak 7 Oktober lalu telah secara signifikan merusak lingkungan.
Studi ini menegaskan titik kritis antara konflik militer dan degradasi lingkungan, dan menyerukan perhatian global untuk mengurangi dampak krisis tersebut terhadap perubahan iklim.
Disebutkan dalam penelitian itu, emisi pada 120 hari pertama konflik telah melampaui emisi tahunan dari 26 negara dan wilayah yang digabungkan.
Dilansir Anadolu pada Rabu (10/07), penelitian Queen Mary University menguraikan bahwa antara bulan Oktober dan Februari, serangan ‘Israel’ ke Gaza menyebabkan emisi berkisar antara 420.265 hingga 652.552 ton setara CO2. Angka ini melampaui emisi tahunan gabungan dari negara-negara yang disebutkan di atas.
Emisi: Penerbangan, Amunisi, dan Rekonstruksi
Penelitian ini membagi emisi ke dalam tiga fase yang berbeda: emisi dari penerbangan pesawat, jejak karbon amunisi, dan kebutuhan energi untuk rekonstruksi.
Emisi Karbon dari Penerbangan:
Fase pertama merinci emisi dari penerbangan yang terkait dengan konflik. Antara bulan Oktober dan Februari, 244 penerbangan kargo dari Amerika Serikat ke ‘Israel’, yang mengangkut 10.000 ton peralatan, menggunakan sekitar 61,2 hingga 83,4 juta liter bahan bakar. Selain itu, jet tempur dan pesawat pengintai ‘Israel’ mengumpulkan antara 57,8 hingga 85,9 juta liter bahan bakar, yang menghasilkan minimal 261.800 ton dan maksimal 372.480 ton emisi CO2.
Amunisi dan Jejak Karbonnya:
Tahap kedua dari penelitian ini meneliti emisi dari amunisi. Militer ‘Israel’ telah menembakkan 100.000 peluru artileri, menyebabkan 12.000 ton emisi setara CO2. Pengeboman telah menyebabkan emisi tambahan sebesar 58.165 hingga 72.706 ton, dengan produksi amunisi ini menyumbang C02 70.165 hingga 86.306 ton setara CO2.
Kebutuhan Energi untuk Rekonstruksi:
Pada tahap ketiga, studi ini menilai emisi terkait dengan produksi energi di Gaza. Sebelum serangan, Gaza menerima setengah dari kebutuhan listriknya dari ‘Israel’, dan sisanya dipasok oleh pembangkit listrik lokal dan panel surya.
Penghancuran sumber daya ini telah mengalihkan ketergantungan energi Gaza pada generator diesel, dengan perkiraan 19.440 hingga 58.320 ton emisi setara CO2 dari bahan bakar yang digunakan pada generator ini.
Dampak Lingkungan Jangka Panjang dari Rekonstruksi
Penelitian ini juga membahas emisi jangka panjang yang diperkirakan akan dihasilkan dari rekonstruksi Gaza. Pembangunan kembali sekitar 156.000 hingga 200.000 bangunan yang rusak atau hancur dapat menghasilkan 46,8 hingga 60 juta ton emisi setara CO2 – sebanding dengan emisi tahunan lebih dari 135 negara.
Profesor Filiz Karaosmanoglu, akademisi di Istanbul Technical University, mengomentari temuan tersebut, menyoroti bahwa kegiatan militer secara signifikan meningkatkan emisi dan memperburuk kerusakan lingkungan. Karaosmanoglu menekankan kebutuhan mendesak untuk mengatasi perubahan iklim sebagai prioritas daripada konflik, dengan mencatat bahwa perang semacam itu menyebabkan konsekuensi lingkungan dan kemanusiaan parah.