Eramuslim.com – Aneh tapi nyata. Kematian Raja Saudi Arabia Abdullah bin Abdul Azis, Jumat (23/1) kemarin, dirayakan dengan penuh suka cita oleh sebagian umat Islam, di wilayah-wilayah di mana syariah dan jihad tengah ditegakkan. Bahkan seorang khatib Jumat di Masjidil Aqsha yang tengah ceramah pada hari Jumat siang yang meratapi kematian Raja Abdullah diinterupsi kotbahnya dan digelandang keluar masjid oleh para jamaah.
Mereka yang mensyukuri kematian Raja Abdullah mengatakan jika Raja Abdullah merupakan sekondan dari Amerika Serikat, bukan sekutu bagi para Mujahidin penegak syariat Islam. Hal ini bukan rahasia lagi bagi Dunia Islam.
Di masa kekuasaan Raja Abdullah yang meninggalkan tujuh isteri dan dan duapuluhan anak ini, Saudi membangun wilayah sekitar Mekkah secara besar-besaran yang dikenal dengan The Great Mecca Project. Bukan hanya itu, secara keseluruhan wilayah Saudi Arabia juga mengalami pembangunan yang cukup berarti. Hal yang sebenarnya patut disyukuri, namun ada hal-hal aneh yang melingkupi pembangunan di sana-sininya tersebut. Salah satunya bisa dilihat dari simbol-simbol iblis yang ternyata sekarang ini cukup banyak bermunculan di Saudi Arabia.
Adalah mengherankan, di saat banyak situs-situs bersejarah Islam dihancurkan oleh kaum wahabi karena dianggap bisa merusak kemurnian tauhid, namun di sisi lain pembangunan situs-situs dengan simbol iblis semakin banyak dan sama sekali tidak mendapatkan gangguan.
Hal inilah yang membuat banyak kalangan percaya jika Kerajaan Saudi Arabia sesungguhnya adalah kerajaan yang tidak islami, karena selain terus-menerus berteman dengan musuh-musuh Islam dan memusuhi para mujahidin yang berjihad demi tegaknya kalimat tauhid di seluruh Bumi Allah, sistem pemerintahan Saudi juga menyalahi Sunnah Rasul. Sistem kekuasaan berbentuk kerajaan adalah asing bagi Rasul dan sejarah Sahabatnya pada generasi awal. Dalam sejarahnya, Islam hanya mengenal kekhalifahan, bukan yang lain.
Berikut adalah sebagian dari simbol-simbol Iblis yang memenuhi wilayah Saudi Arabia:
Abraj Al-Bait Tower, Ketika Tanduk Setan Ditempatkan Lebih Tinggi Dari Lafadz Allah Swt
Menara Abraj Al Bait atau Kompleks Abraj Al Bait adalah sebuah kompleks bangunan yang terletak di Kota Mekkah, Arab Saudi, tepat di atas Kabah, kiblat umat Islam. Kompleks bangunan ini dirancang oleh para arsitek dari Dar Al Handasah Architects dan pelaksanaan pembangunannya dilakukan oleh Saudi Binladin Group. Lokasi menara ini berada di seberang jalan Masjidil Haram, salah satu masjid suci umat Islam.
Kompleks Abraj Al Bait dibangun untuk menampung para jamaah Haji yang semakin banyak datang ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Bisnis perhotelan yang semakin lama menjadi berkembang di kota ini juga tak terlepas dari banyaknya jamaah haji ini. Selain itu, Menara Abraj Al Bait ini juga dirancang untuk mampu menampung sampai dengan 10.000 orang.
Bangunan yang paling tinggi di kompleks Abraj Al Bait (Hotel Tower) menjadi struktur tertinggi di Arab Saudi dan kedua di dunia setelah Burj Dubai di Dubai, Uni Emirat Arab, terhitung pada tahun 2011 (bertepatan dengan selesainya bagian menara Hotel Tower).
Dengan luas area lantai sebesar 1.500.000 m2, bangunan ini merupakan bangunan dengan area lantai yang paling luas didunia pada saat bangunan ini selesai dibangun. Pada Juli 2013, rekor ini pecah bertepatan dengan selesainya New Century Global Centre, suatu bangunan multifungsi yang ada di Chengdu, China.
Di Hotel Tower, diletakkan sebuah jam pada setiap sisi dari Hotel Tower. Jam ini memiliki panjang dan lebar 80 meter. Keempat jam ini dipasang pada ketinggian 530 meter, sehingga menjadikan jam ini sebagai yang terbesar, sekaligus tertinggi (berdasarkan letaknya) di dunia.
Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian menyebut pembangunan tersebut sebagai “It is the end of Mekkah“. Sementara Sami Angawy, arsitek pendiri Pusat Penelitian Ibadah Haji di Jeddah memandang transformasi yang berlangsung Makkah benar-benar kapitalistis tanpa memahami situs kesejarahan di sekitarnya.
“Mereka ubah tempat ziarah suci ini jadi mesin, sebuah kota tanpa identitas, tanpa peninggalan sejarah, tanpa kebudayaan dan tanpa lingkungan alam. Bahkan mereka renggut gunung dan bukit,” ujar Angawy.
Pembangunan Abraj al Bait ini juga sempat menimbulkan ketegangan antara pemerintah Arab Saudi dan Turki karena harus menggusur Benteng Ajyad yang dibangun oleh Keraajaan Turki Usmani pada tahun 1781. Pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk melindungi Ka’bah dari serangan pihak luar. Benteng yang sangat bersejarah ini dihancurkan dan diganti dengan sebuah kompleks gedung kedua tertinggi dunia dengan simbolisasi kemenangan iblis atas Allah di puncaknya. Benarkah demikian?
Pandanglah tower itu yang nyaris menyundul langit! Jauh di sana terdapat sebuah jam mirip dengan Jam Big Ben di London namun berukuran jauh lebih besar.
Di atas jarum jam The Royal Clock Abraj Al-Bait, terdapat lafadz Allah Swt. Namun jauh di atasnya, di tempat paling puncak menara ini, ada simbol tanduk iblis (Lucifer) yang sangat familiar bagi siapa pun yang memahami bahasa simbol. Maknanya sangat dalam dan menyedihkan: Iblis mengalahkan Allah swt! Subhanallah. Naudzubillah min dzalik!
Zionis-Yahudi Mengelola Abraj Al-Bait
Walau di dalam naskah resmi Abraj Al-Bait ini diperuntukkan bagi kaum Muslim, namun pada kenyataannya Abraj al-Bait dikelola oleh Jaringan Fairmot Hotel. Benjamin Swig, seorang tokoh Zionis Yahudi dan banker kenamaan dunia adalah pendiri Fairmont pada tahun 1945. Fairmont ini juga mengelola banyak kasino atau pusat judi di Mote Carlo, Las Vegas, dan lainnya. Aneh saja jika penguasa Saudi Arabia begitu permisifnya dengan membolehkan perusahaan maksit dan zionis ini mengelola sebuah kompleks hotel yang berdiri sangat megah mengangkangi Baitullah dan kompleks Masjidil Haram. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
Dapatkan App Eramuslim for Android KLIK DISINI.