Ini adalah salah satu simbol jari tangan yang paling populer ketika orang hendak mengatakan “OK”, atau “Baiklah” atau “Setuju”, dan sebagainya, yakni dengan menyatukan ibu jari dan jari telunjuk sedangkan tiga jari lainnya dibiarkan mengembang ke atas atau agak melengkung. Dilakukan dengan tangan kanan atau kiri.
Pada tahun 1950-an, ketika Richard Nixon masih menjabat sebagai Wakil Presiden AS, dia berkunjung ke Brasil dan membuat kesalahan fatal sehingga kunjungannya ini menjadi musibah. Di depan ribuan warga Brasil, Nixon sempat membuat tanda jari ini dan sontak hal tersebut membuat marah orang-orang Brasil. Simbol “OK” ini di Brasil dianggap sebagai suatu penyampaian pesan ajakan mesum.
Di Brasil, Jerman, dan Rusia, isyarat tangan seperti itu bermakna penghinaan tertinggi dan sangat vulgar, yang menunjukkan rongga tubuh perempuan yang sangat pribadi.
Di negara-negara Arab, membuat gerakan ini sambil menjabat tangan seseorang melambangkan pemberian “mata jahat”, dan dipandang sebagai sesuatu yang sangat menakutkan. Tanda ini mengisyaratkan Anda tengah mengundang kutukan terhadap individu yang bersangkutan.
Di Indonesia, isyarat tangan seperti ini dengan mudah dijumpai dalam keseharian. Bahkan ada sejumlah tokoh Islam yang dengan naifnya sering membuat isyarat jari tangan ini kepada masyarakat luas. Padahal dalam Islam jelas dikatakan, “Ilmu Qabla ‘Amal” atau “Berbuatlah sesuatu itu setelah kau mengetahui arti dan maknanya, dan jangan berbuat sesuatu yang engkau tidak memahami apa arti dan maknanya”.
Simbol menyentuh jari telunjuk ke jempol, untuk membuat lingkaran dan membiarkan ketiga jarinya bebas, adalah simbol jari tangan kaum okultis yang bermakna pelayan kegelapan. Lingkaran yang dibentuk dari penyatuan jempol dan jari telunjuk melambangkan Dewa Matahari dan juga upaya pencaharian kaum Masonic tanpa akhir atas lebih banyak Cahaya. Bagi Freemason, simbol lingkaran seperti ini juga melambangkan alat kelamin wanita atau Yoni.
Dalam agama Hindu, gerakan ini adalah bagian dari mudhra atau gerakan suci yang memiliki arti penghormatan kepada kesempurnaan perempuan, terkait organ genital wanita. Gerakan ini sering kita lihat dalam praktek yoga tantra (ritual seks), yang mengisyaratkan ekstasi jasmani dan ruhani. Itu ditulis Texe Marrs, di dalam “CODEX MAGICA, Secret Signs, Mysterious, and Hidden Codes of Iluminati” (2013).
Dalam ritual Satanic, ketiga jari yang tidak membentuk lingkaran, melambangkan simbol trinitas non-kudus: Dewa Bertanduk, Dewi, dan Anti-Christ (Progeni). Selain itu, secara keseluruhan, gerakan tangan seperti ini menyimbolkan Angka Trinitas Satanic yakni 666: Dewa Matahari (Lucifer), Dewi (Misteri Babilonia, Bunda Pelacur), dan The Beast (Anti Christ).
Di dalam filosofi Iluminati, simbol jari ini merupakan sebuah persetujuan Raja Yang Mulia, Dewa Cahaya mereka yang akan datang. Maknanya, “Dia menyetujui kami”. Di dalam mata uang one dollar AS, simbol tangan seperti ini termaktub di dalam tulisan “Annuit Coeptis” yang berarti “Kami memberkatimu” atau “Kami merestuimu”. Bahkan simbol kari tangan ini juga menandakan si pembuat isyarat mengatakan, “Aku pelayanmu ya Lucifer!”
Umat Islam jelas tidak diperbolehkan meniru-niru perbuatan suatu kaum, terlebih jika kaum itu merupakan pelayan Iblis dan penentang ketauhidan. Namun disebabkan kebodohan dan kejahiliyahan kaum Muslimin sendiri, mereka sering mengikuti suatu perbuatan tanpa didasari pemahaman dan pengetahuan yang benar. Celakanya, orang-orang yang dianggap tokoh umat Islam, pendakwah, dan “ulama” ternyata banyak pula dan sering melakukan gerakan isyarat Satanic ini. Jika tokoh umat saja jahil, maka bagaimana lagi dengan umat Islam kebanyakan?
“Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalian pun akan ikut masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Barang siapa meniru/menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka.” (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Daud, dan yang lainnya). Wallahu’alam bishawab. (Rizki Ridyasmara)