Pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat adalah salah satu faktor penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Di Indonesia, sudah menjadi rahasia umum bahwa sistmen pendidikannya masih carut dan hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual.
Tak heran jika yang dihasilkan adalah orang-orang yang cuma cerdas sisi intelektualnya, tapi tidak diimbangi dengan kecerdasan emosinal apalagi spiritualnya. Padahal untuk menghadapi tantangan kehidupan yang makin berat dan sarat persaingan di masa depan, bukan hanya modal intelektual yang dibutuhkan.
Menurut Ustadz Fathuddin Ja’far MA, untuk menghasilkan seorang Muslim yang berkualitas dan mampu bersaing di tengah kehidupan yang makin global, perlu dilakukan pemberdayaan tiga potensi dasar manusia, yaitu akal, pikiran dan emosi. Dan untuk mencapai keberhasilan ketiga potensi itu menurut Ustadz Fathuddin adalah, dengan melakukan apa yang ia sebut sebagai Total Management Spiritual (TMS).
Dalam silaturahmi dengan kru Eramuslim, Jumat (25/4), di Jakarta, Ustadz lulusan LIPIA dan pernah mengenyam pendidikan sekolah tinggi di Pakistan itu menjelaskan tahap demi tahap model TMS yang mulai dikenalkannya untuk publik melalui Spiritual Learning Center (SLC) yang dikelolanya.
Tahap dasar dari manajemen spiritual secara total, menurut Ustadz Fathuddin adalah, manajemen informasi. Pada tahap ini seseorang harus mampu mengelola berbagai informasi yang bertebaran disekelilingnya dalam konteks keIslaman. Sehingga orang bersangkutan mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang halal dan mana yang haram, mana jalan yang lurus dan mana yang bukan.
Setelah tahap ini dilewati, seseorang harus mampu melakukan revolusi terhadap dirinya sendiri (self revolution), dengan melakukan perubahan terhadap kebiasaan dan sikap hidupnya untuk menjadi seorang Muslim yang lebih baik, berdasarkan informasi yang telah diketahuinya. Pada tahap ini, kuncinya, seseorang harus mampu mengelola nafsu (sahwat) duniawinya dengan menyucikan jiwa.
Tahap selanjutnya, adalah tahap "advance" di mana orang bisa mencapai derajat taqwa dengan melakukan seluruh perintah Allah swt dan menjauhi semua laranganNya. Orang-orang yang bertaqwa selalu merasa bahwa Allah senantiasa bersama mereka, sehingga mereka mampu mewujudkan apa yang selama ini mereka anggap mustahil. Oleh sebab itu, Ustadz Fathuddin juga menyebut tahap ini tahap "mission imposible" dengan melakukan majemen hati.
Terakhir adalah tahap "extraordinary" di mana seseorang selalu ingat pada Allah swt kapan pun dan di mana pun ia berada, agar terhindar dari godaan syetan. Orang yang selalu mengingat Allah swt akan menjaga perilakunya, oleh sebab itu tahap ini disebut juga dengan tahap manajemen perilaku. Cara yang paling sederhana manajemen perilaku, kata Ustadz Fathuddin adalah dengan selalu berdzikir menyebut asma Allah.
Dengan melalui tahap-tahap ini seseorang diharapkan memiliki intelektualitas, emosi, dan spiritual yang seimbang dan kuat. Intelektual terkait dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, yang bermanfaat untuk orang banyak. Emosional terkait dengan perilaku dan kebiasaan hidup yang baik, dan spiritual terkait dengan prinsip hidup dan gaya hidup yang disertai iman yang kuat.
Untuk melaksanakan tahapan-tahapan itu, seorang Muslim, tegas Ustadz Fathuddin harus mampu mengatur waktu dengan baik, menerapkan manajemen waktu dengan tepat, sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.
"Seorang Muslim harus paham bahwa tujuan hidup di dunia adalah kehidupan yang lebih panjang di akhirat kelak, " ujar Ustadz yang punya rencana membangun "Spiritual City", Kota Ilmu dan Peradaban ini. (ln)