Siapa yang tidak ingin belajar sambil bermain atau belajar sambil jalan-jalan ke museum dan tempat asyik lainnya?! Nah, di Sekolah Jerapah Kecil ini, kita bisa dapat semuanya.
Bermula dari Homeschooling
Komunitas Jerapah Kecil awalnya adalah sebuah homeschooling yang digagas oleh Emmy Soekresno, praktisi pendidikan yang juga ibu dari 4 anak homeschooling. Sejak Juli 2007, Sekolah Jerapah Kecil berdiri dengan hanya 3 murid di ruangan 2 x 2 meter. Ujian sempat menerpa dan memaksa mereka pindah ke tempat yang baru. Namun, tempat yang baru ternyata cukup luas, berukuran 12 x 4 meter, Sekolah Jerapah Kecil pun siap menerima kawan-kawan baru di tahun ajaran baru. Tahun ajaran 2007/2008, bergabunglah 14 anak ke Sekolah Jerapah Kecil dan seiring berjalannya waktu, lembaga pendidikan ini pun diresmikan sebagai sekolah, bukan lagi komunitas Homeschooling. Tahun berikutnya, jumlah murid bertambah lagi dua kali lipat sampai pada tahun ajaran 2009/2010 total murid SDI (Sekolah Dasar Islam) Jerapah Kecil berjumlah 46 murid dari kelas 1 s.d. kelas 5.
Museum Sebagai Pusat Belajar
Strategi Fun and Happy Learning (Murid + Guru + Orang tua) x bahagia benar-benar diterapkan oleh SDI Jerapah Kecil dalam mengembangkan pola belajar-mengajar. Salah satu yang dilakoni Jerapah Kecil adalah dengan menggunakan museum sebagai laboratorium belajar. Emmy Soekresno dalam salah satu blog bahkan mengatakan, Jerapah Kecil sudah bekerja sama dengan TMII untuk menggunakan dan mengunjungi semua museum dan taman di TMII secara berkala.
Sebagai sekolah karakter, yaitu sekolah yang memiliki program pengembangan perilaku atau program pembentukan karakter Islami, Sekolah Jerapah Kecil senantiasa mengembangkan kurikulum yang berbasis ramah otak. Salah satunya dengan pendekatan museum sebagai pusat belajar.
Wiwit Safitri, Kepala Sekolah SDI Jerapah Kecil, menuturkan, anak-anak sebaiknya diberikan pelajaran yang berlandaskan pada ramahnya otak.
“Karena ketika otak itu sudah merasa ramah, sudah merasa senang, aktivitas dalam bentuk yang melelahkan, bagi anak sudah fun-fun saja, karena otak sudah sangat ramah,” ujarnya.
Oleh karena itu, dalam rangka mengkondisikan suasana belajar yang ramah otak, Jerapah Kecil memanfaatkan museum sebagai tempat belajarnya. Ide untuk menggunakan museum sebagai pusat belajar merupakan ide Wiwit dan Emmy yang membandingkan fungsi museum di luar negeri dengan yang ada di Indonesia. Anak-anak di luar negeri sudah terbiasa mengunjungi museum, dan bahkan pihak museum pun mulai mengembangkan program pendidikan. Kenapa di Indonesia tidak?!
“Kita menganggap bahwa museum itu kan satu sarana yang sebenarnya kalau dikaji lebih dalam, dia merupakan pusat sumber belajar bukan hanya tempat peti es atau tujuan kunjungan karya wisata akhir tahun,” tegas Wiwit yang merupakan alumni Universitas Negeri Jakarta.
Taman Mini Indonesia Indah yang memiliki 14 museum dan beberapa taman belajar, seperti Taman Akuarium Air Tawar dan Keong Emas, saat ini merupakan tempat ideal untuk menggali ilmu pengetahuan karena museum adalah potret masa lalu, masa kini, dan masa datang. Namun, tidak menutup kemungkinan jika di tempat lain ada yang lebih seru dan lengkap, SDI Jerapah Kecil juga akan menjelajah ke sana.
Selain museum, beberapa lingkungan dan pusat kegiatan masyarakat pun tak luput dari tujuan kunjungan edukatif SDI Jerapah Kecil. Beberapa waktu lalu, saat pagelaran Islamic Book Fair di Jakarta, SDI Jerapah Kecil juga ikut menyambangi Istora Senayan tempat digelarnya pesta buku dengan tujuan mengenalkan tema “Pasar dan Uang” kepada anak-anak. Dalam waktu dekat, SDI Jerapah Kecil akan berkunjung ke LAPAN dan LPPOM MUI.
Sinergisitas Kurikulum dan Trendsetter Pendidikan
SDI Jerapah Kecil mengklaim dirinya sebagai trendsetter pendidikan, khususnya yang berkurikulum nasional, karena mengubah pola curriculum center menjadi child center yang mengakomodasi bahwa setiap anak itu unik dan mempunyai gaya belajar masing-masing. Dengan pendekatan museum sebagai pusat belajar, SDI Jerapah Kecil juga memperkaya kurikulum pendidikan nasional, yaitu dengan pengembangan metode belajar. Karena dengan berkunjung dan belajar di museum, anak-anak menjadi sangat nyaman dan senang untuk belajar.
“Ketika ke museum, tiga lembar halaman buku paket bisa terlampaui dengan begitu mudah tanpa harus dipaksa,” kata Wiwit.
Jadwal kunjungan ke museum dan lingkungan masyarakat lain dilakukan oleh SDI Jerapah Kecil setiap bulan. Tempatnya disesuaikan dengan tema yang akan dipelajari. Selain berkunjung ke berbagai tempat, SDI Jerapah Kecil juga menggelar kegiatan seperti festival dan pelatihan. Maret lalu, SDI Jerapah Kecil mengadakan Festival Origami di Museum Serangga dan Taman Akuarium Air Tawar TMII.
Dalam festival tersebut, Emmy Soekresno memaparkan berbagai penelitian yang menguatkan bahwa aktivitas origami bisa membantu perkembangan otak anak, khususnya otak depan. Otak depan terkait dengan visi-misi, cita-cita, dan kasih sayang.
Soal biaya pendidikan, SDI Jerapah Kecil termasuk sekolah yang menerapkan biaya yang terjangkau. Dengan budget Rp6 jutaan per tahun tanpa embel-embel lainnya, Anda dapat memberikan pilihan tempat belajar yang terbaik untuk anak Anda. Selain level SD, Jerapah Kecil juga menyediakan level TK (TK A dan TK B hanya ditempuh dalam waktu satu tahun).
SDI Jerapah Kecil dapat ditemui di:
Jln. Sadar Ujung RT 08/10 RTM.Kelapa Dua, Cimanggis, Depok. Telp. (021) 70232844. Email: [email protected] (homeschooling)
Jln. Pagelarang No. 71, Lubang Buaya, Jakarta Timur
(ind)