Tahukah Anda bahwa dari sekian banyak penduduk muslim Jepang, ternyata yang terbesar adalah dari Indonesia. Kebanyakan mereka adalah pekerja yang digaji cukup tinggi dibandingkan gaji TKI TImur Tengah, lalu mahasiswa baik S-1, S-2 maupun S-3. Selain juga para diplomat dan warga Jepang yang sudah masuk Islam dan menikah dengan bangsa Indonesia.
Geliat dakwah Islam di Jepang saat ini memang sedang sangat menggairahkan. Dan dilihat dari posisi dakwah, kesempatan bangsa Indonesia menjadi duta dakwah di negeri matahari Jepang itu.
Ada beberapa analisa menarik tentang kenapa kesempatan bangsa Indonesia sangat berkesempatan untuk menjadi komunikator agama samawi terakhir ini kepada bangsa keturunan para samurai ini.
1. Kesamaan Budaya
Budaya Jepang ternyata punya banyak kesamaan dengan budaya Indonesia. Persamaan budaya ini ikut membantu membuka jembatan komunikasi antara bangsa Indonesia dan Jepang.
Dr. Romi Satria Wahono, saat berbicara dengan kami di kantornya di gedung Bidakara, sempat menyinggung hal itu. Beliau mengatakan begitu banyak persamaan budaya antara kita dan Jepang. Dan kesamaan ini sedikit banyak membantu tersampaikannya dakwah Islam.
Bangsa Jepang terkenal sangat tertutup dalam urusan agama. Sehingga semua agama, bukan hanya Islam, nyaris tidak pernah mereka terima dengan terbuka. Kalau pun bangsa Jepang beragama, lebih kepada simbol dan gaya-gayaan saja.
Sehingga muncul ungkapan bahwa orang Jepang itu lahir sebagai Shinto, menikah di gereja sebagai Kristen dan mati dalam keadaan Hindu. Kalau pun mereka merayakan natal, lebih kepada mode saja.
Ketika Islam muncul, pendekatan budaya yang dilakukan oleh para pembawa Islam membuat bangsa Jepang tertarik lebih jauh. Terutama bila yang menyampaikannya adalah bangsa Indonesia. Bahkan sampai terjadi perkawinan. Biasanya, kalau sudah sampai ke jenjang itu, orang Jepang sudah masuk Islam.
2. Bangsa Indonesia: Damai
Kampanye Yahudi lewat jaringan media massa dunia tentu juga berimbas kepada bangsa Jepang. Pandangan miring dan minor tentang Islam tentunya ikut melanda bangsa Jepang.
Maka lewat bangsa Indonesia yang terkenal teduh, sopan, ramah dan sangat santun itulah kesalahan pandangan itu bisa ditepis. Bukan mengecilkan peran muslimin dari timur tengah, namun gaya khas bangsa Indonesia yang tidak terlalu ngotot kalau bicara tentang Islam, nampaknya lebih mengesankan bangsa Jepang.
Beberapa kasus membuktikan bahwa keramahan dan toleransi umat Islam Indonesia memang sangat khas. Tidak heran kalau orang Jepang pun sangat menaruh simpati kepada kita. Dan kalau sudah simpati begitu, maka pintu untuk menyampaikan risalah langit jauh lebih terbuka.
3. Jumlah Muslim Indonesia Mayoritas
Pertimbangan lainnya yang sulit untuk dilupakan adalah kenyataan bahwa umat Islam Indonesia memang telah menjadi mayoritas muslim di Jepang. Dan jumlah yang banyak itu memberikan kesempatan untuk terjadinya dialog yang lebih jauh.
Maka jumlah yang mayoritas ini memang merupakan kesempatan yang jarang terjadi. Sehingga wajar kalau kita sekarang ini berada pada lini terdepan dalam urusan dakwah di Jepang.
Perkembangan Dakwah Islam
Pada tahun 1930-an, hanya ada 2 masjid. Saat ini diperkirakan sudah terdapat lebih dari 100 masjid. Dari jumlah tersebut, data yang berhasil dihimpun oleh Tokyo University Islamic Culture Society baru meliputi 7 masjid dan 2 mushalla di wilayah Tokyo.
Lima buah masjid dan 3 mushalla di daerah Saitama, Kanagawa, dan Sendai. Di wilayah Aichi dan Shizuoka tercatat 3 masjid, sedangkan di Kobe terdapat sebuah masjid besar, yaitu Masjid Kobe, dan sebuah musholla.
Masih ada sebuah mushalla lagi, yaitu di daerah Takamatsu. Selain masjid dan mushalla tersebut, tercatat 2 buah Islamic Center, masing-masing di Tokyo dan Sendai.
Masjid Nagoya diresmikan tanggal 27 Juli 1998. Terletak tak jauh dari Honjin Eki pintu 3, masjid ini mempunyai luas 61, 7 m2, terdiri dari lantai 1 sebagai tempat wudhu, ruang kantor dan fasilitas kebersihan.
Lantai 2 untuk tempat sholat wanita, sedangkan lantai 3 adalah ruang sholat utama bagi pria. Lantai 4 dan atap masjid sebagai ruang sholat tambahan. Pada saat sholat Jumat dan bulan puasa ummat memenuhi masjid hingga bagian atap masjid.
Yang paling menarik, ternyata di Tokyo juga ada LIPIA sebagaimana yang ada di Indonesia. Kami berkesempatan untuk berkunjung ke lembaga milik Universitas Islam Muhammad Ibnu Suud itu. Kami termasuk lulusan dari universitas itu, jadi tidak lengkap rasanya kalau tidak berkunjung ke sana. Pada tulisan berikutnya, insya Allah akan kami turunkan laporan tentang lembaga yang terletak di Hiro-O itu (bersambung)