Saat ini, Ghaza terus menerus mendapat serangan militer Israel. Puluhan pejuang Al-Qassam gugur. Berbagai analisa menyebutkan, Israel telah menyiapkan aksi besar-besaran untuk meluluhlantakkan Ghaza. Tapi Abu Ubaidah tetap optimis menghadapi kemungkinan serangan Israel dengan menyatukan berbagai anasir pejuang di Palestina.
Ia menegaskan bahwa pihaknya sudah lama menyatukan unsur Izzuddin Al-Qassam dan unsur pejuang Palestina lain, untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi tersebut. “Kami dalam organisasi Al-Qassam sejak awal meletusnya serangan Zionis Israel terhadap aksi intifadhah Al-Aqsha telah mempersiapkan diri menghadapi serangan apa pun di Ghaza. Kami menganggap melawan Israel adalah bagian prinsip dan mendasar dari aksi kami mengusir penjajahan Israel. "
"Kami menggunakan semua sarana yang kami miliki untuk melawan serangan atas Ghaza. Kami memiliki strategi pengamanan dan perlindungan khusus untuk mengusir serangan musuh Israel. Strategi kami adalah strategi yang matang, dan telah dianalisa secara hati-hati sehingga bisa mengusir serangan Israel dari setiap jengkal wilayah Ghaza. Kami mempersiapkan strategi independen untuk menghadapi penjajah Israel di Ghaza. Termasuk menjalin koordinasi dengan sayap militer pejuang Palestina yang lain saat terjadinya serangan untuk menghindari kesalahan di lapangan. Kami berupaya melawan penjajah dengan meminimalisir kerugian yang mungkin dilakukan. Semua lini pejuang Palestina di Ghaza sudah sepakat untuk membentuk satu ruang aksi bersama untuk mengusir Zionis. ”
Jika kini kondisi Ghaza semakin terpuruk, menurut Abu Ubaidah kondisi seperti itu tidak hanya terjadi saat ini saja melainkan sudah sejak dulu. Ia mengatakan, “Sebenarnya, Ghaza sudah sejak lama mengalami embargo dari Israel. Mereka sudah lama melakukan serangan menyeluruh dari udara, darat dan laut berulang kali, ke berbagai lokasi di Ghaza. Rakyat Palestina membayar harga kesalahan yang dilakukan para pemimpin Negara Arab ketika mereka mau menghadiri Annapolis misalnya dan duduk berdiskusi dengan penjajah, lalu penjajah menampakkan kecintaan pada perdamaian di hadapan dunia internasional. ”
“Setelah itu penjajah datang kembali ke Palestina untuk melanjutkan pembantaiannya terhadap rakyat Palestina. Israel melakukan serangan secara intensif dan regular terhadap Ghaza untuk menyibukkan pasukan kami melakukan serangan dan hanya melakukan aksi pertahanan saja. “
Menurut Abu Ubaidah, pengalaman bertahun-tahun berinteraksi secara militer dengan Zionis Israel telah memberi pelajaran berharga sehingga pihaknya mengetahui apa yang dikehendaki Israel di balik serangan-serangannya.
Ia mengatakan, “Kami sudah mempelajari hal ini dari banyak kasus serangan Israel. Penjajah sedikit demi sedikit ingin memancing kami untuk melakukan perlawanan ke wilayah terbuka agar bisa menghabisi lebih banyak jumlah mujahidin dan pejuang yang mereka bunuh. Israel juga ingin memberi pelatihan kepada pasukannnya untuk melakukan serangan massif ke Ghaza. Ini target militer yang dipublikasikan oleh penjajah Israel. Tapi kami tahu bahwa target strategis yang diinginkan mereka jelas sekali bahwa mereka hanya ingin menumpahkan darah Palestina sebanyak-banyaknya, bermain dengan darah rakyat Palestina. ”
Perundingan Annapolis Memberi Angin untuk Israel
“Israel dalam beberapa waktu terakhir, khususnya pascaperundingan Annapolis, sudah diduga akan melakukan serangan seperti ini.. Dan kini terbukti mereka melakukan serangan secara terus menerus, menghancurkan berbagai lokasi pejuang yang menjaga perbatasan. Karena memang ada sejumlah pos penjagaan yang selalu dijaga oleh para pejuang. Artinya ada pejuang khusus di tempat tertentu yang memang setiap hari pergi ke sana dan merekalah ang menjadi sasaran rudal Israel dan senjata Israel. "
"Tapi kami saat ini dengan izin Allah sudah mempunyai sejumlah alternative lain untuk mengatasi hal ini. Ada sejumlah strategi yang kami lakukan hasil pengalaman kami dari banyak perlawanan dengan Israel. Israel, meskipun mereka berhasil menargetkan pembunuhan terhadap para pejuang penjaga perbatasan kali ini, dengan izin Allah kami akan menggagalkan mereka dalam serangan berikutnya. Ini adalah peperangan yang terus kami lakukan antara kami dan penjajah Israel dengan berbagai kemungkinan yang terbuka lainnya. “
“Meskipun ada informasi tentang keberhasilan Zionis Israel melalui serangan udaranya menghantam posko pejuang Palestina di Khan Yunis yang diberitakan telah memunculkan kerugian besar bagi pejuang Palestina di wilayah itu. Kami tidak meyakini itu yang sebenarnya terjadi. Di setiap fase kami telah mampu bertahan dengan izin Allah, kami mempunyai ragam alternatif dan ragam pilihan yang tidak diduga oleh musuh. Khususnya kami juga berulangkali berhasil melakukan serangan yang tidak diduga-duga sebelumnya oelh musuh, yang sebelumnya dianggap sebagai lokasi yang sudah dikuasai oleh mereka. Tapi ternyata di lokasi itu, kami masih berhasilmelakukan ragam serangan dan aksi serangan. “
“Serangan kami itu misalkan saja operasi yang disebut sebagai wahm mutabadded, di mana kami berhasil menyandera prajurit Israel Ghilad Shalit. Serangan itu terjadi di lokasi yang tidak pernah diduga Israel bisa dijangkau oleh satu unit pejuang Palestina. Lokasi itu adalah tempat yang sangat ketat pengamanannya secara militer dan tidak ada yang bisa masuk ke wilayah itu, karena itu merupakan wilayah militer tertutup, seluruh peralatan militer ada di sana dan ternyata kami bisa sampai ke sana dan bahkan dengan izin Allah kami berhasil menangkap seorang serdadu Israel kemudian para pejuang bisa selamat ke tempat persembunyian mereka. "
"Ada sejumlah aksi lain yang telah kami persiapkan. Israel bisa saja berhasil dalam keberhasilan jangka pendek untuk menyasar para pejuang dan melemahkan perlawanan di lokasi tertentu. Tapi dalam jangka panjang atau menengah, mereka tidak berhasil melumpuhkan perlawanan. “
“Terkait operasi militer yang terus menerus dilakukan Israel belakangan ini, kami jelaskan memang ada sejumlah wilayah di Selatan Ghaza yang terus menerus menjadi sasaran serangan. Khsusunya di wilayah Timur Khanyunis, lingkar perbatasan Shoufa dan sisi Timur Laut Rafah. Juga lokasi Fakhari di Barat Daya Khan Yunis. Semua daerah di sana adalah daerah yang terbuka secara keamanan dan militer. Dan daerah itu kami anggap tidak mungkin dilakukan serangan dan perlawanan. Khususnya, di daerah itu telah dimasuki tank-tank baja dengan perlindungan ekstra dari pesawat tempur Israel yang terus menerus melakukan tembakan dari udara. "
"Meski demikian, ternyata kalangan pers yang menyaksikan serangan dan mengikuti perkembangan menyebutkan ternyata ada banyak peristiwa Israel tetap dikejutkan dengan perlawanan pejuang yang tidak mereka duga sebelumnya. "
"Israel hingga saat ini masih tidak berani untuk melakukan serangan besar ke wilayah-wilayah itu. Karena mereka sebelumnya pernah mencoba hal itu di tahun 2004. Ketika mereka mencoba menguasai Kamp pengungsi Jabaliya dan selama 17 hari mereka berupaya masuk ke Jabaliya namun tidak berhasil sedikit pun untuk masuk. Penjajah Israel sadar betul bahwa masuk ke wilayah Ghaza akan mendatangkan kerugian tak terperi bagi pasukan Israel. Karena itulah, kini Israel selalu melakukan serangan udara karena mereka sadar takkan mampu melakukan serangan dengan pasukan artileri. ” (Lili Nur Aulia/bersambung)