Silaturahim tidak harus bertemu muka. Silaturahim bisa juga dalam qolbu. Ukhuwah Islamiyah lah yang menjadi ikatannya. Kali ini eramuslim mengajak para Pembaca Budiman untuk bersilaturahim dengan Abu Ubaidah, Juru Bicara Sayap Militer Hamas dari Brigade Izzudin Al-Qassam. Silaturahim jarak jauh ini dilakukan dalam memperingati Milad ke-20 tahun Hamas sekaligus 20 tahun lahirnya gerakan intifadhah di Palestina. Sebuah gerakan rakyat Palestina mengusir Zionis-Israel keluar dari Tanah Palestina.
Bicara tentang Hamas, begitu banyak peran dan pengorbanan yang telah diberikan Hamas dalam rentang usianya itu, hingga mengangkat kasus Palestina ke publik internasional dan akhirnya mereka berhasil merebut mayoritas suara dalam pemilu Palestina di awal tahun 2006.
Tapi di sisi lain, momentum kemenangan itulah yang merupakan titik perubahan besar dalam kasus Palestina. Karena kemenangan itu tidak dikehendaki oleh organisasi Fatah yang telah puluhan tahun menguasai panggung politik Palestina.
Disusul dengan ragam upaya menggulingkan pemerintahan Hamas melalui ragam cara yang akhirnya membelah Palestina menjadi dua, Ghaza dikuasai Hamas dan Tepi Barat dikuasai Fatah. Pembelahan kekuasaan ini, kemudian memancing Zionis-Israel dan AS yang kian membabi buta untuk menghabisi Hamas dengan embargo dan operasi militer bertubi-tubi. Mereka ingin menghukum rakyat Palestina yang menjatuhkan pilihannya pada organisasi Hamas yang telah terbukti banyak pengorbanannya untuk membela rakyat Palestina.
Kondisi Ghaza kini makin terhimpit. Bukan hanya laksana penjara kematian karena seluruh penduduknya mengalami isolasi dari ragam kebutuhan hidup, tapi juga mereka menjadi “santapan” mesin perang Israel yang setiap hari nyaris tak pernah berhenti menyerang berbagai tempat di Ghaza.
Dalam situasi operasi militer yang kian intensif, puluhan pejuang Palestina sudah gugur. Operasi militer Israel yang dilakukan setiap hari diduga akan semakin kuat dan mentargetkan pelumpuhan perjuangan Batalyon Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas, yang selama ini mampu memberi perlawanan terhadap serangan-serangan Israel dan bahkan melakukan aksi yang tak terduga.
Berbicara tentang kondisi Negara yang tengah dijajah, maka tema pertahanan, perlawanan dan aksi militer adalah hal yang tidak terhindarkan. Maka, Abu Ubaidah, sebagai juru bicara Al-Qassam pun menjadi tokoh yang layak didengarkan bagaimana kisah dan strategi perjuangan senjata yang dilakukan rakyat Palestina menghadapi kezaliman perampas Tanah Palestina, Zionis Israel.
Siapa Abu Ubaidah?
Tidak banyak yang tahu identitasnya. Ia sosok yang tampil tak pernah melepaskan penutup kepala, kecuali lubang bagian mata dan mulutnya, menyampaikan pernyataan pers dari Al-Qassam tentang operasi militer Al-Qassam maupun mengomentari kebiadaban Israel. “Saya hidup dalam keluarga yang sama dengan banyak keluarga lainnya di Palestina, di rumah sederhana dengan pendidikan Al-Qur`an. Orang tua saya sangat menjaga agar saya sering pergi ke masjid bersamanya. Itulah antara lain yang menghidupkan jiwa saya menjadi cinta pada masjid dan memiliki aktifitas dzikir serta pengajian rutin di masjid. Intifadhah Al-Aqsha kemudian menjadi bagian besar dari hidup saya untuk melakukan jihad di lapangan pers dan publikasi. Saya kemudian bertemu dengan para pejuang Palestina seperti Syaikh Ahmad Yasin, Rantisi dan Abu Shaneb, ” ujarnya suatu ketika.
“Ada peristiwa masa kecil saya yang berkesan, ketika kecil saya bermain di tepi pantai lalu saya melihat patroli Israel yang sedang lewat dari kejauhan. Ketika itu, saya tiba-tiba sangat ingin mempunyai dua sayap untuk terbang ke arah mereka. Keinginan itu begitu kuat hingga saya secara tidak sadar mengambil pakaian dan payung sambil berlari. Tiba-tiba angin kencang menghempas saya hingga terjatuh ke laut. Padahal sebelumnya saya sangat takut mendekati air laut. Saat itu, saya hampir saja tenggelam, ” lanjutnya.
Kenangan lain yang juga selalu tersimpan dalam benaknya adalah tentang saudaranya, Muhandis Rami Saed, yang memenuhi panggilan jihad di malam pengantinnya untuk melakukan misi bom syahid. “Itu malam pertama kami melakukan aksi bom syahid dan malam itu berhasil meledakkan sebuah tank Israel. Sebelumnya kami berkumpul di rumah Syaikh Shalah Shahatah dan saya yang mengambil rekaman gambarnya, sebelum kemudian saya yang menyampaikan pernyataan pers tentangnya, ” kenang Abu Ubaidah.(Lili Nur Aulia/bersambung)