Namanya Abdul Aziz bin Nik Mat. Orang biasa memanggil beliau dengan Nik Abdul Aziz Nik Mat. Lahir di Kampung Pulau Malaka, Kota Bharu pada tahun 1931.
Sejak kecil, Nik Abdul Aziz sudah gemar belajar ilmu-ilmu Islam. Saat itu, guru beliau adalah seorang ulama terkenal di daerahnya. Dan sang guru tak lain adalah ayah beliau sendiri yang biasa dipanggil masyarakat dengan Tuan Guru Haji Nik Mat.
Setelah dirasa cukup mendapat pendidikan dasar-dasar Islam, Nik Abdul Aziz disekolahkan ke pesantren di Jertih, Trengganu. Namanya pondok pesantren Tuan Guru Haji Abbas.
Pada tahun 1952, Nik Abdul Aziz meninggalkan tanah air untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas Deobond, India. Di sana, ia berguru kepada ahli tarekat terkemuka, Maulana Husain Ahmad al-Madani.
Lima tahun kemudian, Nik Abdul Aziz melanjutkan studi ke Lahore, Pakistan untuk memperdalam tafsir Al-Qur’an. Setelah itu, beliau melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar, Mesir untuk mengambil spesialisasi bahasa Arab dan dilanjutkan dengan memperdalam perundangan (hukum) Islam.
Setelah hampir sepuluh tahun belajar di negeri seberang, Nik Abdul Aziz memutuskan kembali ke tanah kelahirannya. Dia ingin mengamalkan pengetahuan yang dimilikinya dengan berkiprah sebagai guru di sekolah menengah Agama Tarbiyyah Mardiah, Panchor dan di Sekolah Agama Darul Annuar yang didirikan oleh ayahnya.
Selain mengajar, ayah sepuluh orang anak ini juga aktif memberikan ceramah-ceramah Islam. Mulai dari khutbah di masjid, hingga majelis taklim yang tersebar di masyarakat. Kiprahnya sebagai ulama, benar-benar disambut baik oleh masyarakat.
Yang menarik masyarakat dari sosok Nik Abdul Aziz adalah kesehariannya yang sarat dengan keteladanan. Mulai dari keluarganya yang terjaga dalam akhlak Islam, kedekatannya dengan kaum dhuafa, serta rumahnya yang sederhana dan akrab dengan lingkungan sekitar. Tidak jarang, hanya sekadar memotong rambut untuk bayi pun masyarakat rela antri ke Nik Abdul Aziz.
Pentas Politik Di tahun 1967, di usianya yang ke tiga puluh enam, Nik Abdul Aziz bergabung dengan Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Dia memilih PAS bukan sekadar asasnya yang Islam, tapi juga visi perjuangannya yang benar-benar ingin menegakkan daulah Islam di Malaysia.
"Saya memilih PAS karena parti ini merupakan sebuah pergerakan yang landasannya jelas-jelas memperjuangkan akidah Islam. PAS di mata saya tidak memisahkan antara politik dan agama. Namun, bagaimana caranya bisa berjalan seiringan satu sama lain," ujarnya.
PAS lanjutnya, adalah harakah Islamiyah (pergerakan Islam) yang dicarinya. "Sebab, PAS memiliki cita-cita untuk menegakkan daulah Islamiyah seperti yang diidam-idamkan oleh setiap mukmin."
Sejak terjun di dunia politik bersama PAS, tekanan dan dukungan silih berganti dirasakan Nik Abdul Aziz. Di tahun pertama bergabung dengan PAS, Nik Abdul Aziz berhasil memenangkan pemilihan umum untuk daerah Kelantan. Sejak itu, daerah Kelantan menjadi basis kekuatan PAS. Walau dengan cara apa pun, Barisan Nasional (BN) yang merupakan partai pemerintah saat itu tidak pernah mengalahkan Nik Abdul Aziz dan PAS di daerah pemilihan itu.
Karena ketokohan dan sosok karismatiknya sebagai ulama, Nik Abdul Aziz diamanahkan pimpinan PAS untuk menjabat Ketua Dewan Ulama PAS. Di posisi itu, Nik Abdul Aziz menyerukan seluruh pimpinan dan kader PAS untuk kembali menghidupkan sunnah Rasul dalam semua sisi kehidupan. Perjuangan PAS menurutnya, harus dalam rangka menegakkan Islam, bukan untuk memuaskan ambisi atau syahwat kekuasaan semata.
Walau sudah menjadi pimpinan dengan berbagai kesibukan yang luar biasa, Nik Abdul Aziz tidak pernah melalaikan dakwah. Kesibukan mengisi ceramah dan taklim tidak mengendur dengan alasan apa pun. Baginya, politik adalah bagian dari dakwah. Bukan sebaliknya.
Menteri Besar Pada pemilu 1990, PAS mendapat perolehan suara luar biasa di Negeri Kelantan. Nik Abdul Aziz diberi amanah sebagai Menteri Besar atau setingkat gubernur untuk di Indonesia. Hingga pemilu 2004 lalu, PAS tetap unggul mayoritas di Kelantan. Dan selama 14 tahun itu pula, Nik Abdul Aziz memikul amanah berat itu. Di posisi yang strategis itu, Nik Abdul Aziz kian kuat menyampaikan dakwah dalam bentuk lain. Ia tidak mentolerir seluruh pejabat di jajarannya untuk menerima hadiah apa pun. Menurutnya, semua itu riswah. Ia pun memberikan teladan. Nik Abdul Aziz langsung memotong 40 persen gajinya untuk menambah pelayanan kepada masyarakat.
Berubahkah Nik Abdul Aziz? Sama sekali tidak. Ia tetap Nik Abdul Aziz yang dulu. Rumahnya tetap sederhana. Mobil yang dikendarai juga mobil seperti orang kebanyakan di negeri Kelantan. Setiap hari Jumat, ia mengkhususkan waktunya untuk mengisi pengajian umum di sebuah majelis taklim yang berada di pusat kota. Siapa pun boleh datang. Sedemikian besarnya sambutan masyarakat, hari Jumat menjadi hari pengajian untuk mereka. Mereka datang dari berbagai pelosok di negeri Kelantan. Bahkan, tidak sedikit yang sengaja membawa tenda agar bisa khusyuk mendengarkan kajian dari sang guru, Nik Abdul Aziz. (mn)