CATATAN PERJALANAN ILMIAH KE NEGERI SYAM
Oleh Fathuddin Ja’far
Tidak bisa dipungkiri, negeri Syam sampai saat ini masih menyimpan generasi terbaik umat ini. Generasi yang menguasai berbagai bidang ilmu Islam, khususnya Al-Qur’an dan Hadits. Itulah bukti keberkahan negeri Syam yang dijelaskan Rasul Saw. dalam berbagai sabdanya. Sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa negeri Syam, termasuk Suriyah dengan ibu kotanya Damaskus, adalah gudangnya para ulama.
Di antara ulama dan tokoh Muslim yang sempat kami temui adalah Syekh Muhammad Adnan Afyuni. Badannya besar dan tegap. Tingginya sekitar 185 cm. Bicaranya pelan. Kata perkata yang keluar dari mulutnya meluncur begitu saja bagaikan anak panah meluncur dari busurnya.
Kepribadiannya terlihat serius. Sesekali tersenyum, khususnya saat mendengar berita perkembangan dakwah. Namun dalam sekejap, matanya berkaca-kaca seakan meneteskan air mata kesedihan. Hal tersebut terlihat saat menceritakan pemakaman para aktivis Turkey yang syahid akibat serangan pasukan komando Zionis Yahudi di atas kapal Mavi Marmara dua pekan lalu. Beliau termasuk salah seorang tokoh dan ulama Suriyah yang ikut prosesi pemakaman para pejuang Islam Turkey tersebut.
Puluhan ribu mayarakat Muslim Turkey tumpah ruah menshalatkan jenazah mereka di Masjid Muhammad Al-Fatih di Istambul dan mengantarkannya sampai ke pemakaman. Sedangkan yang menjadi Imam shalat jenazah adalah Syekh Abdul Fattah Al-Bazm, Mufti Damaskus dan direktur Ma’had Islam Al-Fath.
Di ruang kantornya yang rapih dan tidak terlalu luas itulah kami diterima dan memperbincangkan berbagai hal seperti dakwah di Indonesia, pendidikan Al-Qur’an di Damaskus dan sampai masalah Palestina dan kondisi kaum Muslimin Palestina, khususnya di Gaza yang menderita akibat isolasi yang dilakukan Yahudi sejak beberapa tahun lalu.
Syekh Muhammad Adnan Afyuni adalah Wakil Direktur Mujamma’ Syekh Ahmad Kaftaru (Lembaga Syekh Ahmad Kaftaru) yang bergerak dalam bidang pendidikan Islam dan Dakwah di Damaskus. Beliau juga sebagai Direktur Qism Ta’hili (Salah satu jurusan setingkat D3) di lembaga tersebut.
Sebelum menjadi lembaga pendidikan formal dan moderen seperti sekarang ini, Lembaga Syekh Ahmad Kaftaru adalah sebuah mushalla seluas 150 m2 yang bernama Abu Nour. Di mushalla inilah orang tua Sykeh Ahmad yang bernama Muhammad Amin Kaftaru mengajarkan Islam kepada muridnya dan masyarakat di sekitarnya.
Setelah Syekh Muhammad Amin Kaftaru meninggal tahun 1938, maka Syekh Ahmad Kaftaru meneruskan khitttah orang tuanya dan mengembangkannya menjadi pendidikan formal dan moderen seperti sekarang ini.
Mujamma’ Syekh Ahmad Kaftaru memiliki berbagai kegiatan dalam bidang dakwah dan pendidikan. Bidang pendidikan mencakup :
- Ma’had Syar’i Li Ad-Dakwah wa Al-Irsyad setingkat SLTA.
- Ma’had Ta’lim Allughoh Al- ‘Arobiyyah. Lembaga ini khusus untuk pengajaran bahasa Arab bagi Muslim yang ingin belajar bahasa Arab dari berbagai penjuru dunia, sejak dari Asia, Eropa dan sampai Amerika. Masa belajarnya adalah selama satu tahun terdiri dari 6 level.
- Al-Kuliyyat Asy-Syar’iyyah (Lembaga Pendidikan Tinggi Syari’ah) mencakup program S1, S2 dan S3. Lembaga ini terdiri dari empat fakultas; Fakultas Dakwah Islam, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari’ah dan Hukum dan Fakultas Imam Auza’i. Uniknya, keempat fakultas tersebut adalah cabang dari universitas dari luar Suriyah. Satu cabang dari Libya (Fakultas Dakwah Islam), dua cabang dari Sudan (Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari’ah dan Hukum) dan satu lagi cabang Libanon (Fakultas Imam Auza’i).
Seperti yang dijelaskan Syekh Muhammad Adnan, ada sekitar 9.000 siswa dan mahasiswa yang menimba ilmu syar’i di Lembaga Syekh Kaftaru. Sekitar 1.200 adalah siswa dan mahasiswa Muslim yang datang dari 30 negara. Sungguh kami terkejut dan kagum mendengar bahwa semua biaya termasuk asrama siswa dan mahasiswa, khususnya yang datang dari berbagai negeri Islam adalah gratis.
Biaya operasional yang dibutuhkan per tahun mencapai 12.5 milyar rupiah. Namun sejak peristiwa WTC 2001, sumbangan dan bantuan mulai seret. Sekarang terpaksa mengenakan biaya kepada mahasiswa sekitar 8.4 juta rupiah pertahun, sudah termasuk asrama, makan dan biaya pendidikan lainnya. Bandingkan dengan biaya pendidikan di Indonesia yang uang masuknya saja lebih dari 10 juta rupiah?
Selain aktivitas pendidikan formal, Lembaga Syekh Kaftaru juga menyelenggarakan berbagai kegiatan dakwah lainnya seperti, dauroh/training peningkatan kualitas para khatib, guru agama dan para da’i dari Suriyah dan berbagai negeri Islam lainnya. Program dauroh tersebut sudah dimulai sejak tahun 1993.
Di samping itu, ada lagi bagian Khidmat Al-QUr’an (Pelayanan Al-Qur’an) yang terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama khusus bagi anak-anak yang ingin menghafal Al-Qur’an. Sedangkan tingkat kedua adalah khusus untuk dewasa yang ingin mempelajari ilmu Qiroah, khususnya Qiro’ah Sab’ah (Tujuh Qiro’ah). Aktivitas tahunan yang tak kalah menariknya adalah Musabaqoh Hifzhil Qur’an (Lomba Hafal Al-Qur’an) yang memperebutkan tropi Syekh Ahmad Kaftaru.
Di samping itu, kerjasama dengan para tokoh dan ulama Islam berjalan pula dengan baik, baik yang tinggal di wilayah Syam, maupun dari belahan Dunia Islam lainnya. Kerjasama tersebut dibangun di atas syi’ar : Kita bekerjasama dalam hal yang kita sepakati dan saling memaafkan apa yang belum kita sepakati.
Di samping itu, dialog antar agama tak lupa pula menjadi program dakwah yang dijalankan dengan landasan firman Allah : Wahal Ahli Kitab… “Marilah kita kepada satu kalimat (tauhid) yang di antara kami dan kamu adalah sama, yaitu bahwa kita tidak akan menyembah selain Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…” (QS. Ali Imran : 64)
Dari bincang-bincang sekitar 1.5 jam tersebut banyak hal yang sangat menarik dan berkesan. Di antaranya ialah bahwa aktivitas mengajarkan ilmu-ilmu Islam dan memenej sebuah lembaga pendidikan Islam yang berbasis Qur’an dan Sunnah lebih menarik bagi Syekh Muhammad Adnan ketimbang menjadi pejabat tinggi di negaranya.
Sering datang tawaran menjadi pejabat tinggi di berbagai kementerian. Namun saya tolak, Karena mengajarkan ilmu-ilmu syar’i kepada generasi Muslim dari berbagai negara dan memenej sebuah lembaga pendidikan Islam lebih mulia di sisi Allah. Lewat aktivitas seperti ini, ajaran Islam akan berkembang ke seluruh dunia. Kalau saya jadi menteri, misalnya, maka lingkup pekerjaan saya hanya seluas kementerian itu, ungkap Syekh Muhammad Adnan Afyuni.
Sebab itu, kembangkanlah lembaga penididikan berbasis Al-Qur’an, niscaya dakwah yang benar akan berkembang pula, kata Beliau. Mendengar saran tersebut, kami menjawab : Insya Allah. Mohon doa dan bantuan antum ya Syekh… Lalu Beliau menjawabnya: Insyaa Allah.