Sudah sejak lama dakwah di Indonesia terkotak-kotakan. Ada golongan Islam modern, ada juga yang mengklaim Islam tradisional. Di tengah kondisi seperti itu, tidak banyak organisasi masyarakat (ormas) Islam muncul untuk menerobos batasan-batasan itu.
Kehadiran IKADI dalam hal ini, sejak didirikan tahun 2002, namun kemudian baru dilaunch pada tahun 2005, sedikit banyak dianggap mulai menghilangkan anggapan itu. Daurah-daurah (training) yang selama ini diselengarakan oleh IKADI di daerah banyak dihadiri oleh masyarakat luas dari berbagai golongan dan usia.
Untuk mengetahui sekilas tentang IKADI, erasmuslim mengunjungi Ketua Umum, Prof. Dr. H. Achmad Satori Ismail. Berikut petikan wawancaranya;
Posisi IKADI dalam peta dakwah di Indonesia?
Pertama, IKADI merupakan ormas resmi yang terdaftar di depag. Di MUI kami berada dalam naungannya. Dalam berbagai lembaga Islam, misalnya dalam acara MTQ, kami juga dijadikan mitra, banyak dilibatkan. Jika orang bertanya, kenapa IKADI ini muncul sedangkan di indonesia ini sudah begitu banyak ormas Islam lain seperti Dewan Dakwah, LDNU (Lembaga Dakwah); IKADI ingin memasuki bidang-bidang yang belum dimasuki oleh yang ormas-ormas lain. Kami melihat begitu banyak celah, dan kita bisa masuk.
Kedua, Kita menyadari bahwa dakwah bukan sekadar usaha individual saja. Kita lihat sekarang bahwa kebanyakan lembaga dakwah berkutat menyiapkan khutbah dan penceramah, padahal itu hanya bagian kecil saja. IKADI ingin masuk pada dakwah yang sifatnya kolektif. Jika dakwah dilakukan secara sendirian, maka hasilnya tidak akan maksimal. Sedangkan musuh Islam saja bergerak secara kolektif.
Ketiga, tantangan dakwah itu semakin hari semakin berat. IKADI selama ini meliaht jika lembaga-lembaga dakwah yang lain tidak menyentuh kurikulum training, pengajian atau majelis taklim. Jika pas Ramadhan, maka materi yang disampaikan seputar keutamaan Ramadhan. Pas bulan Syawal, begitu juga. Nah, tahun depannya, materi yang dipakai itu-itu lagi. IKADI berusaha untuk menyiapkan semuanya itu, menyiapkan kurikulum itu. Agar materi yang disampaikan itu tidak selalu berputar dalam masalah-masalah yang itu saja.
Keempat, IKADI ingin menembus batasan bahwa tidak ada dai dari golongan dan kelompok ini atau itu. Biasanya kita selalu diformat bahwa ini dai NU atau Muhammdiyyah. Nah, IKADI ingin menghilangkan batasan tersebut. Bahwa dai dari IKADI itu Islam, tidak ada Islam tradisional atau modern.
Bagaimana hubungan IKADI dengan ormas-ormas yang sudah lebih dulu ada?
Kita sangat respek terhadap ormas-ormas Islam lainnya yang sudah lebih ada seperti NU, Persis, Muhammadiyyah dan sebagainya yang sudah lama berbuat dan beramal. IKADI hanya ingin mengumandangkan Islam, bukan sekadar golongan atau kelompok. Kita mempunyai hubungan yang sangat baik dengan mereka semua, dan sering sekali mengadakan silaturahmi dan kerja sama.
Kami juga pernah diundang oleh KPK (Komite Pemberantasan Korupsi, Red.) dalam pertemuan pemuka-pemuka agama yang ada di Indonesia. Ini adalah indikasi bahwa IKADI insyaAllah sudah dilihat. Mungkin salah satu faktornya karena di IKADI banyak pengurusnya yang bergelar doktor, bisa berbahasa Arab dan Inggris. Menurut mereka, itu salah satu keistmewaan IKADI.
Secara lebih spesifik lagi, apa yang dibidik oleh IKADI kepada umat? Apa sebenarnya yang sudah diberikan oleh IKADI selama ini?
Kita mencoba untuk meningkatkan kualitas kader-kader dakwah. Kita juga berusaha untuk berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat sampai di 28 provinsi. Dan kita pun coba mengkoordinasikasi dakwah di semua daerah. Yang paling sering adalah kita memberikan berbagai macam daurah. Kita juga membina pesantren-pesantren dan Islamic centre. Di Riau ada pesantren yang bernama pesantren IKADI.
Bagaimana dengan kaderisasi di IKADI?
Kami memberikan kebebasan kepada daerah untuk melakukan segala kegiatan. Pusat hanya tinggal approved dan jika diperlukan maka kami akan hadir dalam acara atau kegiatan di daerah. IKADI pusat sendiri tidak mengenal keanggoataan, hanya terdiri dari pengurus, dan kami lebih banyak mengadakan acara atau kegiatan itu justru di daerah.
Hambatan apa yang selama ini ditemui IKADI?
Hambatan internal yang kita temui adalah kurangnya kader-kader. Sulit sekali mencari orang-orang yang ikhlas. Untuk menjadi pengurus IKADI, karena tidak adanya jaminan untuk mencari nafkah, tidak ada gaji dan fasilitas. Banyak juga orang yang meminta untuk jadi pengurus IKADI, karena menyangka bahwa di IKADI itu banyak proyeknya.
Kalau hambatan dari luar, kadang-kadang kita sebagai ormas yang baru, suka dipandang dari sudut yang negatif. IKADI sering dianggap sebagai underbow sebuah partai. Padahal IKADI itu independen. Kalau masalahnya ada pengurus IKADI anggota sebuah partai, ya sama saja seperti ormas lain. Nah, di pengurus pusat ada Pak Amin Rais dari Muhammadiyyah dan atau Din Syamsuddin dari MUI. Jika ada kader dari sebuah partai lain yang ingin menjadi pengurus atau anggota wilayah IKADI, ahlan wasahlan!
Apa kesibukan Ustad sehari-hari?
Sebagai seorang muslim, kesibukan sehari-harinya adalah dakwah. Jika dakwah tidak dijadikan sebagai visi dan misi dalam hidup ini, maka dia termasuk orang-orang yang tidak beruntung. Saya otomatis lebih banyak di IKADI tentu saja. Yang lainnya saya punya kesibukan sebagai guru besar di UIN, Komisi Dakwah di MUI, anggota Dewan Syariah Bank Indonesia, saya aktif di PKPU, dan BSMI. Saya juga banyak menulis di berbagai majalah Islam.
Bagaimana dengan dukungan dari keluarga?
Saya selalu menyempatkan diri utnuk pulang setiap hari. Jika ada fasilitas hotel dalam sebuah acara dari Dewan Syariah BI, atau undangan yang lokasinya di Jakarta, saya pasti pulang. Di rumah saya bertemu dengan istri dan anak-anak. Di waktu senggang saya gunakan untuk menulis dan membaca. Saya sangat senang dua aktivitas itu. Ada beberapa buku saya, alhamdulillah sudah terbit.
IKADI dalam masa yang akan datang seperti apa?
Saya ingin IKADI dalam waktu yang akan datang menjadi ormas yang besar. Saya juga ingin di Indonesia ini semua ormas juga menyatu dalam satu atap, saling mendukung. Yang pasti IKADI akan terus aktif dalam bidang dakwah. (saad)