Tak banyak media yang berkesempatan untuk menyorot lebih dekat siapa saja yang aktif di balik kesuksesan Armada Freedom Flotilla yang membuat Israel babak belur di mata masyarakat internasional. Begitu banyak ormas dan lembaga kemanusiaan lain yang ikut andil dalam Freedom Flotilla ini. Tapi, IHH atau Insani Yardim Vakfi pimpinan Fahmi Bulent Yildirim tergolong sukses menjadi motor sekaligus fasilitator dalam manuver luar biasa ini.
Salah satu aktivis yang cukup disegani di IHH adalah seorang akhwat. Beliau bernama Gulden Sonmez. Kiprahnya bersama para aktivis IHH lain, dalam beberapa bulan terakhir ini, telah membuat pimpinan negara Yahudi menjadi tujuh keliling.
Mujahidah kelahiran tahun 1969 di sebuah daerah pegunungan di Siyas, Turki, ini, adalah salah seorang dari 15 anggota dewan eksekutif IHH yang memiliki kerja sosial di lebih 100 negara. Di atas dewan eksekutif ini adalah Presiden IHH. Di bawah dewan eksekutif ada dewan pekerja. Dan di bawah dewan pekerja ada departemen-departemen amal khairiyah.
Gulden Sonmez bersama beberapa aktivis IHH dan Mazlumder
Walau di posisi super sibuk itu pun, muslimah berkacamata yang kerap berkalungkan kafiyeh khas Palestina ini punya posisi lain. Gulden Sonmez juga sebagai wakil presiden dari Mazlumder, sebuah organisasi hak asasi manusia terkemuka di Turki.
Pada April lalu, Gulden sempat’mengobrak-abrik’ negara Yahudi itu dalam kasus penangkapan salah seorang aktivis IHH perwakilan Palestina, Izzet Sahin. Sahin ditangkap Israel di sebuah pos perbatasan Gaza, dan mendekam dalam penjara sempit dan gelap Israel selama kurang lebih 21 hari. Bahkan, menurut Gulden, Sahin sempat diinteregoasi Israel selama 30 jam.
IHH menugaskan Gulden yang didampingi seorang aktivis IHH untuk melakukan advokasi hukum terhadap Izzet Sahin. Dan upaya muslimah lulusan Fakultas Hukum Universitas Marmara Istanbul ini ternyata berhasil. Sahin akhirnya bisa pulang ke Turki.
Izzet Sahin saat bisa kembali ke Turki dan bertemu keluarga.
Menariknya, walau Gulden aktif sebagai pengacara di IHH, muslimah yang menikah tahun 1994 dengan Umit Sonmez yang juga aktivis Islam ini tidak bisa berkerja di kantor pengacara. Pasalnya, Turki masih memberlakukan pelarangan jilbab di kantor-kantor pemerintah, termasuk kantor pengacara. Dan buat Gulden, jilbab jauh lebih bernilai dari posisi apa pun di kantor pengacara.
Gulden Sonmez ketika memberikan arahan kepada para aktivis muslimah
Karena itulah, Gulden yang sejak tahun 1997 memperjuangkan penghapusan pelarangan jilbab, hingga kini masih gigih memperjuangkan itu. Pasalnya, hingga kini, pelarangan jilbab masih berlaku di sekolah dan kantor pemerintahan Turki.
Satu hal yang begitu tajam diungkapkan aktivis yang jarang bicara ini. ”Jangan mengira Anda sedang menolong Palestina. Sebenarnya, kitalah yang sedang menolong diri kita sendiri,” ucap Gulden Sonmez kepada beberapa aktivis kemanusiaan asal Indonesia saat berada di atas kapal Mavi Marmara yang akhirnya dibajak tentara Israel. mnh/Mazlumder, Sahabat Al-Aqsha, dan Hidayatullah