Eramuslim kembali mendapat kunjungan istimewa dari Ketua Rabithah Ulama Palestina, Dr. Muhammad Asy Syaikh Mahmud Siyam. Kunjungan Syaikh Mahmud Siyam ke Eramuslim, Kamis (11/9) siang adalah kunjungan yang keduakalinya. Seperti kunjungan pertamanya dulu, Syaikh yang sudah berusia 75 tahun itu masih nampak sehat dan segar meski jalannya sudah dibantu tongkat. Kunjungan beliau, diterima oleh Pemimpin Redaksi Eramuslim Ustadz Mashadi dan kru Eramuslim lainnya.
Dalam dialognya dengan kami, Syaikh Mahmud Siyam yang kini bermukim di San’a, Yaman menceritakan bagaimana situasi dan kondisi rakyat Palestina, terutama di Jalur Ghaza yang sampai saat ini masih diblokade oleh Israel. Menurutnya, situasi di Jalur Ghaza di bawah kontrol Hamas tidak "sekacau" seperti yang diberitakan media massa asing.
"Di bawah kontrol Hamas, pemerintahan di Jalur Ghaza stabil. Hamas mampu menjaga kondisi keamanan warga Ghaza, " kata Syaikh Mahmud Siyam.
Seperti diketahui, pertikaian antara Fatah dan Hamas membuat wilayah Palestina terbagi dua antara Tepi Barat yang berada di bawah kontrol Presiden Palestina yang juga ketua Fatah, Mahmud Abbas dan Jalur Ghaza yang berada di bawah kontrol Hamas.
Syaikh Mahmud Siyam mengatakan, di Jalur Ghaza kaum lelaki dan perempuan bahu membahu untuk mempertahankan dan membela tanah Palestina. Jika kaum lelakinya mengangkat senjata, kaum perempuan memberikan tarbiyah pada anak-anak mereka tentang keIslaman dan perjuangan membela tanah air mereka.
Meski demikian, Syaikh mengakui, blokade Israel di Jalur Ghaza membuat warga Ghaza mengalami krisis multi dimensi. Soal uang, kata Syaikh, warga Ghaza sebenarnya tidak kekurangan karena mereka selalu ada bantuan dana untuk mereka. Ini terbukti ketika perbatasan Rafah-perbatasan dengan wilayah Mesir- berhasil dijebol beberapa waktu lalu oleh pejuang Hamas, ratusan warga Ghaza yang berbondong-bondong ke Mesir tidak melakukan penjarahan, tapi mereka membeli barang-barang kebutuhan hidup yang mereka butuhkan.
"Kesulitannya adalah ketiadaan barang-barang yang ingin mereka beli, karena blokade Israel menyebabkan barang-barang pokok yang mereka butuhkan dilarang masuk ke wilayah Ghaza. Kalau pun ada jumlahnya sangat terbatas, atau mereka terpaksa membelinya dari para pedagang Yahudi dengan harga yang sangat tinggi, " kata Syaikh yang memiliki sembilan anak, 33 cucu dan 5 cicit ini.
Umat Islam Harus Kuasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ia juga mengungkapkan, meski Jalur Ghaza diblokade rezim Zionis Israel, mereka tidak kalah dalam penguasaan teknologi informasi. Pada kami, Syaikh bergelar doktor dibidang sasta Arab ini menceritakan bagaimana 2.500 warga Ghaza berhasil lolos ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji.
Ketika itu, kisah Syaikh, kementerian dalam negeri Hamas menemukan pengumuman di situs kedutaan besar Arab Saudi di Kairo, Mesir yang memberikan tawaran berhaji gratis. Melihat pengumuman itu, Hamas mengumpulkan paspor warga Ghaza dan dengan berbagai cara dikirim ke kedutaanbesar Arab Saudi di Kairo untuk mendapatkan visa ibadah haji gratis itu. Karena sudah mendapatkan visa haji, akhirnya ribuan warga Ghaza bisa berangkat ke tanah suci. Subhanallah..
Untuk itu Syaikh Mahmud Siyam mengingatkan umat Islam untuk menguasai ilmu pengetahuan, termasuk teknologi. "Musuh-musuh Islam di Timur dan Barat telah mengalahkan kita dengan ilmu mereka. Oleh sebab itu umat Islam harus melawan mereka dengan cara menguasai ilmu yang mereka kuasai saat ini, " nasehatnya.
Wajah Syaikh Mahmud Siyam seketika muram, ketika mengungkapkan kesedihannya melihat kondisi bangsa Palestina saat ini di bawah penjajahan rezim Zionis Israel.
"Israel membuat undang-undang yang melarang lelaki Palestina yang berusia di bawah 45 tahun salat di dalam masjid al-Aqsha. Israel juga menggali terowongan-terowongan di bawah kompleks masjid yang membahayakan konstruksi masjid, " ujarnya murung.
"Yang menyedihkan lagi, negara-negara tetangga terdekat Palestina, seperti Mesir dan Yordania terlibat dalam blokade Israel terhadap rakyat Palestina" sambungnya.
Tolak Pengiriman Pasukan Liga Arab ke Ghaza
Nada suara Syaikh Mahmud Siyam agak meninggi ketika menjawab pertanyaan tentang ide Mesir dan Arab Saudi mengirimkan pasukan Liga Arab ke Jalur Ghaza untuk mengakhiri kontrol Hamas di wilayah itu. Syaikh yang pernah menjadi Rektor Universitas Ghaza serta pernah menjadi Imam dan Khatib Masjid al-Aqsha ini dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya dengan ide tersebut.
"Kami akan melawan dan mengusir pasukan Arab itu seperti kami melawan dan mengusir Zionis Israel. Jika mereka (Liga Arab) ingin mengirim pasukan, mengapa tidak dikirim saja ke Yerusalem untuk membebaskan Masjid al-Aqsha, " tandas Syaikh Mahmud Siyam.
Ditanya bagaimana solusi untuk mengakhiri pertikaian Fatah-Hamas dan apakah mungkin terbentuk kembali pemerintahan koalisi, Syaikh menjawab bahwa Hamas selalu terbuka dengan upaya dialog dengan Fatah. Ia juga mengatakan, pemerintahan koalisi sebenarnya masih berjalan di bawah Ismail Haniyah. Masalahnya, Fatah yang berideologikan sekulerisme dan lebih ber’kiblat’ pada Barat, tidak pernah rela dengan pemerintahan koalisi pimpinan Haniyah.
Selain itu, Israel dan Barat juga mengancam Fatah jika melakukan dialog dengan Hamas dan Fatah lebih tunduk dengan keinginan Israel serta negara-negara Barat, utamanya AS. "Sehingga upaya rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas tidak pernah berhasil, " katanya sambil menutup dialog kami siang itu. Pada Eramuslim ia berpesan agar terus memperjuang Islam baik dari sisi politik maupun sosial. (ln)