Bagi masyarakat Indonesia yang jauh dari negeri Palestina, mungkin akan sulit untuk ikut merasakan penderitaan rakyat Palestina di bawah penjajahan rezim Zionis Israel yang sudah berlangsung selama 60 tahun. Selain pemberitaan tentang Palestina yang minim di media-media massa negeri ini, pemerintah Indonesia juga jarang bersuara untuk membela perjuangan rakyat Palestina yang tertindas.
Namun bagi rakyat Palestina, seberat apapun kondisi yang mereka alami dan kurangnya perhatian dari saudara-saudara Muslim mereka di belahan dunia lain, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, tak ada kata mundur untuk melakukan perlawanan terhadap Zionis Israel yang telah merampas tanah air mereka. Rakyat Palestina akan tetap istiqomah untuk merebut kembali tanah Palestina dan mengembalikan Masjid Al-Aqsha ke tangan umat Islam, meski mereka harus mengorbankan semua yang mereka punya, anak, suami, isteri, harta benda bahkan nyawa.
Itulah pesan yang disampaikan Abu Bakar Al-‘Awawidah, anggota Rabitatul Ulama Filistin (Palestina) di Suriah, dalam kunjungan keduanya ke kantor Eramuslim hari ini, Jumat (29/8) dalam rangka silahturahim, sekaligus memberikan informasi terkini tentang perkembangan pejuangan dan kondisi terakhir di Palestina. Beliau didampingi Ziad Al-Qisyani, Kordinator Bantuan Kemanusiaan Internasional untuk Palestina yang berbasis di Suriah.Kunjungan mereka diterima oleh pimpinan umum dan jajaran redaksi Eramuslim.
Al-‘Awawidah mengungkapkan, kedatangan mereka ke Indonesia, selain ingin bersilahturahim juga untuk menjalin kerjasama dengan berbagai elemen Muslim di Indonesia, menggalang dana, menyampaikan pesan perjuangan rakyat Palestina dan memohon doa dari kaum Muslimin untuk perjuangan rakyat Palestina.
"Perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari penjajahan Zionis Israel, membutuhkan dukungan dari media-media Islam dan pergerakan-pergerakan Islam dari seluruh dunia, " kata al-‘Awawidah.
Sampai saat ini, menurutnya, ada 12.000 warga Palestina yang berada dalam penjara-penjara Israel, termasuk di antaranya 150 perempuan Palestina yang menjadi tawanan Israel. Selain itu, ada 60.000 warga Palestina yang cacat akibat operasi-operasi militer dan kekejaman Israel. Sedangkan warga Palestina yang gugur syahid sejak pecah gerakan Intifadah pertama dan kedua, jumlahnya sudah mencapai 8.000 orang lebih. Di perbatasan Ghaza, ada sekitar 400 pasien, warga Palestina yang tertahan, karena Zionis Israel tidak mengizinkan mereka keluar dari Jalur Ghaza untuk mendapatkan pengobatan.
Penderitaan warga Palestina makin berat setelah rezim Zionis memblokade Jalur Ghaza dan membangun tempok pemisah ‘apartheid’ yang terbuat dari beton di Tepi Barat, yang tingginya mencapai 6 meter dan panjangnya sudah mencapai 370 kilometer.
"Namun rakyat Palestina akan tetap bersabar dan istiqomah untuk memilih jalan jihad dan tidak akan pernah mengakui eksistensi Zionis Israel. Karena rakyat Palestina yakin, barang siapa bertakwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar dan akan memudahkan segala urusan, " tukas al-‘Awawidah mengutip ayat-ayat suci al-Quran.
Dan kemudahan Allah itu, kata al-‘Awawidah, sudah banyak terbukti. Hamas misalnya, berhasil memaksa Zionis Israel melakukan gencatan senjata selama enam bulan di Jalur Ghaza dan selama perjuangan rakyat Palestina, mereka berhasil menghancurkan 21 pemukiman Yahudi dan mengusir 1, 5 juta warga Israel yang bersumpah tidak akan kembali lagi ke tanah Palestina.
Dalam silahturahim siang tadi, al-‘Awawidah sempat mengomentari tentang kedatangan kelompok aktivis Barat ke Jalur Ghaza belum lama ini dan mengkampanyekan ‘Gerakan Pembebasan Ghaza’ dari blokade Israel. Ia menyebut kedatangan para aktivis itu sebagai sebuah kebahagiaan bagi rakyat Palestina, karena masih ada orang yang peduli dengan kesusahan mereka akibat embargo Zionis Israel.
"Rakyat Palestina percaya embargo Israel akan segera berakhir. Seperti ketika Rasulullah diembargo oleh kaum Quraisy, " kata al-‘Awawidah.
Ditanya soal sikap diam negara-negara Arab terhadap kekejaman dan blokade Israel, al-‘Awawidah mengatakan bahwa mereka telah melakukan kejahatan karena tidak bersuara keras melihat saudara-saudara seiman mereka dizalimi Israel. Dia menyayangkan sikap Mesir dan Yordania, negara tetangga terdekat Palestina yang cenderung memberikan dukungan pada Israel. Namun kondisi itu, tegas al-‘Awawidah, tidak akan melemahkan kesabaran dan semangat perjuangan rakyat Palestina dalam melawan kezaliman Zionis Israel.
Pada kesempatan itu, Pemimpin Radaksi Eramuslim Ustadz Mashadi menyatakan komitmen Eramuslim sebagai media Islam di Indonesia untuk membantu perjuangan rakyat Palestina dan menyebarkan informasi-informasi perkembangan Palestina pada masyarakat Indonesia. Di akhir silahturahim, Pemimpin Umum Eramuslim MM. Nasution juga menyerahkan bantuan dana bagi rakyat Palestina. (ln)