Tewasnya pemimpin tertinggi Gerakan Pembebasan Syam Suriah, Abu Abdullah Al Hamwi, hari Selasa (09/09) kemarin, menjadi headline media Timur Tengah dalam waktu 2 hari terakhir.
Pemimpin tertinggi Gerakan Pembebasan Syam memiliki nama asli Hasan Aboud, tewas setelah sebuah bom menghantam markas pusat di pinggiran kota Idlib.
Dalam artikel kali ini, penulis akan membahas secara singkat mengenai Gerakan Pembebasan Syam yang menjadi salah satu faksi islami revolusioner Suriah.
Gerakan Pembebasan Syam (Freedom Movement Syam) adalah salah satu faksi militer Islam yang muncul saat meletusnya revolusi Suriah pada bulan Maret 2011 lalu.
Pada tanggal 11 Noveber 2011, gerakan ini secara resmi menyatakan keberadaanya di Suriah untuk ikut menggulingkan rezim Bashar al Assad dengan sekitar 25 ribu pejuangnya.
Dan pada 31 Januari 2014 Gerakan Pembebasan Syam menyatakan bergabung dengan Front Islam, beserta Gerakan Fajr Islam, Brigade Tempur al Iman, Pasukan Islam, Elang Suriah dan sejumlah faksi militer islam lainnya
Dengan sekitar 25 ribu pasukan, Gerakan Pembebasan Syam aktif memerangi tentara pemerintah di di provinsi Idlib dan Aleppo serta berbagai propinsi Suriah lainnya.
Direbutnya kota Raqqa menjadi kemenangan penting yang dicapai Gerakan Pembebasan Syam selama berperang menggulingkan pemerintahan Bashar al Assad, selain jatuhnya Bandara militer Taftanaz di pinggiran Idlib ditangan gerakan ini beserta sejumlah faksi revolusi Suriah lainnya.
Selain bergerak di medan pertempuran, Gerakan Pembebasan Syam juga mendirikan lembaga yayasan sosial, lembaga medis dan lembaga advokasi di wilayah yang dikuasai pasukan revolusioner.
Selain aktif menyalurkan bantuan makanan dan obat-obatan kepada warga sipil Suriah, Gerakan Pembebasan Syam juga aktif mengajarkan pelajaran agama, disela pertempuran sengit yang berlangsung di Suriah. (Aljazeera/Ram)